Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Lingkaran Survei Indonesia menyatakan elektabilitas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo terus mengalami tren penurunan dalam dua bulan terkahir. Peneliti LSI, Adjie Alfaraby, memaparkan tiga faktor yang menyebabkan elektabilitas bakal calon presiden (Bacapres) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini turun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Adjie menyatakan, berdasarkan survei nasional terbaru yang mereka lakukan, Ganjar yang biasanya bertengger di nomor urut pertama dalam survei elektabilitas, kini disalip oleh pesaingnya Prabowo Subianto.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dalam survei terbaru LSI, elektabilitas Prabowo menyentuh angka 33,9 persen, Ganjar 31,9 persen, dan Anies Baswedan 20,8 persen. Sisanya, 13,4 persen, tidak menjawab.
"Dalam satu tahun ini untuk pertama kalinya dukungan terhadap Ganjar menurun. Sebelumnya, trennya selalu naik, tapi dua bulan ini mengalami penurunan," ujar Adjie Adjie saat pemaparan hasil survei tersebut di Kantor LSI Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat, 19 Mei 2023.
Survei yang digelar lembaga yang didirikan oleh Denny Januari Ali ini berlangsung pada 3 - 14 Mei 2023. Adjie menyatakan mereka mewawancarai 1.200 responden. Pemilihan responden dilakukan dengan metode acak bertingkat Margin of error dari survei ini diklaim mencapai kurang lebih 2,9 persen.
Tren elektabilitas Ganjar naik, kemudian turun dalam 2 bulan terakhir
Adjie menyebut elektabilitas Ganjar sebelumnya selalu menunjukkan tren positif. Sebagai contoh, menurut dia, elektabilitas Ganjar berada di angka 27,9 persen pada Mei 2022 kemudian naik menjadi 31,3 persen pada September 2022 dan terus naik menjadi 37,8 persen dan pada Januari 2023.
Elektabilitas Ganjar, menurut dia, konsisten naik sejak awal tahun ini, meninggalkan Prabowo di urutan kedua dan semakin jauh meninggalkan Anies Baswedan yang cenderung stagnan sepanjang tahun.
Namun pada Mei 2023, elektabilitas Ganjar merosot ke angka 31,9 persen dan elektabilitas Prabowo naik menjadikan 33,9 persen, lalu Anies 20,8 persen.
Selanjutnya, 3 alasan turunnya elektabilitas Ganjar
Adjie pun turut memaparkan tiga alasan turunnya elektabilitas Ganjar Pranowo tersebut. Pertama, menurut dia, Ganjar dianggap sebagai sosok yang bertanggung jawab atas gagalnya pergelaran Piala Dunia U-20 di Indonesia.
"Tiga alasan yang melemahkan dukungan Ganjar menurun. Pertama efek negatif batalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20," kata Adjie.
Ia menyebut dalam survei LSI sebanyak 80 persen masyarakat mengetahui Indonesia tuan rumah Piala Dunia U-20. Saat dinyatakan batal, jumlah masyarakat yang kecewa mencapai 72 persen. Dalam survei LSI, 14,4 persen masyarakat menyatakan Ganjar sebagai tokoh yang bertanggung jawab dari pembatalan itu.
Cap petugas partai lemahkan Ganjar
Faktor kedua, menurut Adjie, Ganjar dianggap bukan sosok yang memiliki kepemimpinan yang kuat. Status Ganjar yang dideklarasikan sebagai petugas partai membuat sosok Gubernur Jawa Tengah itu tidak kuat.
"Ini membuat Ganjar tidak kuat karena keputusan Ganjar harus meminta surat tugas ke Ketum Partai. Bahkan ada presespsi yang menyebut Ganjar boneka partai," kata Adjie.
Salah satu yang menguatkan cap petugas partai tersebut, saat Ganjar mengakui keputusannya menolak Timnas Israel ke Indonesia merupakan garis partai. Hal ini membuat masyarakat berpikir setiap keputusan Ganjar nantinya harus melalui persetujuan Megawati Soekarnoputri selaku Ketua Umum PDIP.
Ganjar dinilai buruk dalam menangani masalah kemiskinan di Jawa Tengah
Faktor ketiga, menurut Adjie, adalah karena Ganjar dinilai masyarakat di daerahnya, Provinsi Jawa Tengah, gagal menangani masalah kemiskinan.
"Ketiga buruknya kinerja Ganjar tangani kemiskinan. Ganjar dinilai gagal dalam menangani kemiskinan. Ini menurut data BPS, Jateng menjadi provinsi kedua termiskin di Indonesia. Bahkan rata-rata kemiskinan Jateng di atas rata-rata kemiskinan nasional," kata Adjie.
Padahal menurut Adjie, penanganan kemiskinan merupakan isu penting dan prioritas. Sehingga sebagai Gubernur Jawa Tengah dua periode, Ganjar Pranowo dianggap gagal menangani isu kemiskinan.