Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno menilai gaya menyerang calon presiden inkumben Joko Widodo atau Jokowi yang kerap dilakukan belakangan ini tidak cocok. Menurut dia publik lebih menyukai gaya Jokowi yang kalem dan alamiah.
Adi menegaskan gaya menyerang frontal bukanlah khas Jokowi. Ketimbang menyerang lawan, dia menyarankan Jokowi untuk lebih “menjual” kesuksesan kinerjanya selama (hampir) 5 tahun. Jokowi, kata dia, bisa mengkapitalisasi semua yang sedang dan telah dilakukan seperti; pembangunan infrastruktur, dana desa, PKH, kartu Indonesia pintar, kartu indonesia sehat, dan seterusnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Bukan malah sibuk menyerang. Gaya frontal ini bukan khas Jokowi yang biasanya kalem dan datar," ujar dia di Jakarta, Minggu, 3/2.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Belakangan, Jokowi memang sering mengeluarkan pernyataan "keras" yang ditujukan kepada kubu lawan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Sejumlah pernyataan keras itu ia sampaikan saat berkampanye di Surabaya dan Semarang belum lama ini.
Tetapi Jokowi menyangkal kalau dirinya mulai menyerang kubu lawan. Dia menyatakan hanya menyampaikan kenyataan. "Sekali-sekali dong," ujar dia.
Saran Adi Prayitno tampaknya tak bersambut baik. Wakil Direktur Komunikasi Politik Tim Kampanye Nasional Jokowi - Ma'ruf, Meutya Hafid, menyatakan calon presiden inkumben itu akan mempertahankan gaya bicaranya yang lebih 'gaspol' seperti tampak belakangan ini.
"Memang gaya Pak Jokowi lebih berbeda, kalau dulu lebih diam, sekarang lebih gaspol. Sepertinya ini akan menjadi gaya beliau sampai akhir," ujar Meutya Hafid kepada Tempo di, Jakarta pada Senin, 4/2.