Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Difabel

Sarkopenia Memicu Lansia Menjadi Disabilitas

Sarkopenia pada lansia ditandai dengan jumlah lemak yang lebih banyak di bawah kulit ketimbang jumlah massa otot.

1 Juni 2021 | 06.00 WIB

ilustrasi lansia (pixabay.com)
Perbesar
ilustrasi lansia (pixabay.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu penyebab seorang lansia menjadi disabilitas adalah sarkopenia atau berkurangnya massa otot. Kondisi ini membuat mereka kehilangan fungsi tubuh dan mengalami keterbatasan gerak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Konsultan Geriatri di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Lazuardi Dwipa mengatakan, sarkopenia adalah penurunan massa dan kekuatan otot skeletal serta fungsinya. "Salah satunya disebabkan kurang optimalnya penyerapan nutrisi di dalam tubuh," kata Lazuardi Dwipa dalam peringatan Hari Lanjut Usia Nasional atau Hari Lansia Nasional pada Sabtu, 29 Mei 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lazuardi menjelaskan, sarkopenia ditandai dengan jumlah lemak yang lebih banyak di bawah kulit dibanding jumlah massa otot. Akibatnya, kekuatan otot untuk menopang tubuh berkurang dan tubuh kehilangan beberapa fungsi, salah satunya bergerak atau mobilitas.

Fungsi tubuh yang berkurang tersebut memicu masalah lanjutan pada lansia, berupa keseimbangan. Jika dibiarkan, maka gangguan keseimbangan dapat meningkatkan resiko cedera ketika lansia bermobilitas, bahkan untuk sekadar bergerak di tempat.

Ilustrasi pasangan lansia/kakek-nenek. Freepix.com

Dan lansia yang mengalami cedera tidak mudah pulih, terutama yang memiliki penyakit penyerta, seperti osteoporosis atau pengeroposan tulang dan osteoathritis atau pengeroposan sendi. Sebab itu, sarkopenia punya beberapa derajat keparahan yang dapat mempengaruhi kehidupan lansia secara psikososial.

Ketika lansia mengalami sarkopenia, maka pergerakannya umumnya menggunakan alat bantu, seperti tongkat biasa, cruches (tongkat yang diselipkan pada ketiak), dan kursi roda. Yang paling parah adalah kehilangan fungsi mobilitas sama sekali dan hanya terbaring di tempat tidur.

Lazuardi menambahkan, sarkopenia dapat dicegah dengan memperhatikan pola konsumsi serta memenuhi kebutuhan kalori dan nutrisi. Salah satu cara memeriksa apakah seorang lansia mengalami sarkopenia atau tidak adalah dengan uji genggam tangan dan uji massa otot.

Perhatikan juga bagaimana kebiasaan makan yang berubah karena kesulitan mengunyah, cita rasa makanan yang biasa terasa kurang enak, hingga sulit menelan makanan. Sebab dari masalah makan ini, dokter dapat menakar berapa gizi yang diperlukan dan masuk ke tubuh. Apabila lansia enggan makan karena sulit menelan misalkan, maka dapat mengkonsumsi nutrisi cair dengan kandungan gizi lengkap.

Baca juga:
Protein Memperlambat Disabilitas pada Lansia

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus