Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 10 nisan makam dari jenazah beridentitas nasrani diduga dirusak orang tak dikenal di Makam Ngentak RT 10 Baturetno Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Menurut arsip Tempo, kasus perusakan makam pernah terjadi di beberapa tempat bertahun-tahun silam. Di Yogyakarta juga pernah viral dengan kasus serupa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pilihan Editor: Buat Apa Tentara Mengamankan Kantor Kejaksaan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berikut sederet kasus perusakan makam yang pernah terjadi di Indonesia.
1. 10 nisan makam umat nasrani dirusak di Bantul
Pantauan Tempo di lokasi pada Minggu, 18 Mei 2025, nisan yang dirusak cukup parah di makam Ngentak, Bantul, itu ada empat hingga lima nisan. Batu nisan itu rata-rata hancur dan berlubang di bagian tengahnya, tanda bekas digempur atau dicongkel alat.
Nisan yang dirusak diketahui terdapat tanda salib dan merupakan nisan makam warga beragama Kristen. Ada salah satu nisan kodisinya tampak parah karena seluruh permukaan atas marmernya hancur hingga terlihat gundukan tanah di dalamnya.
Kepolisian Resor Kabupaten Bantul Yogyakarta pun turun tangan menyelidiki peristiwa itu. Kepala Seksi Humas Polres Bantul Ajun Komisaris Polisi I Nengah Jeffry Prana Widnyana menuturkan perusakan nisan di makam diduga terjadi dalam rentang Sabtu malam hingga Minggu dinihari, 17-18 Mei 2025.
"Perusakan nisan diperkirakan terjadi tadi (Sabtu) malam atau Minggu dinihari, karena berdasarkan saksi Sabtu sore kondisinya masih utuh," kata Jeffry, Minggu.
Jeffry mengatakan nisan makam yang dirusak semua merupakan makam nonmuslim. Total nisan yang dirusak sepuluh nisan, terdiri dari tiga nisan keramik dan tujuh nisan kayu. "Motif perusakan nisan-nisan ini masih dalam penyelidikan, perusakan ini baru terjadi sekali di makam ini," kata dia.
2. Kayu salib di makam Yogyakarta dicabut dan dibakar
Pada Sabtu, 6 April 2019, sejumlah kayu salib yang tertancap di kompleks makam Bethesda Mrican, Jalan Gejayan, Sleman, Yogyakarta, dicabuti dan coba dibakar oleh orang tak dikenal. Pantauan Tempo, sebagian kayu salib itu masih dapat dikenali bentuknya dengan meninggalkan jelaga hitam bekas terbakar di bagian ujung kiri dan bawahnya.
Pengurus makam Bethesda, Hari Yuniarto, menuturkan bahwa pertama kali diketahui ada beberapa salib dicabut dan dibakar karena dibhubungi kerabat dari orang yang dimakamkan.
Hari menyebutkan ada sekitar sepuluh kayu salib yang dicabut. Kondisi itu diketahui setelah dia melakukan pengecekan. Seluruh kayu salib itu dikumpulkan dalam satu titik. "Ada dua atau tiga yang terbakar, lainnya masih utuh lalu saya simpan," katanya saat ditemui di lokasi.
Kepolisian telah mengencek kompleks malam tersebut. Kepala Kepolisian Resor Sleman Ajun Komisaris Besar Rizky Ferdiansyah mengatakan pihaknya masih mendalami kasus perusakan makam itu. "Perusakan makam ini belum bisa diketahui motifnya apa, yang jelas ada fakta perusakan dan kami akan dalami," ujar Rizky.
3. Nisan salib di Yogyakarta dipotong menjadi huruf T
Pada Desember 2018 silam, sebuah makam dari jenazah umat Katolik, Albertus Slamet Sugiardi, di pemakaman Jambon RT 53 RW 13 Kelurahan Purbayan, Kotagede Yogyakarta menjadi sorotan. Nisan berbentuk tanda salib yang menancap di pusara Slamet dalam kondisi terpotong bagian atasnya sehingga hanya membentuk seperti huruf ‘T’.
Masyarakat sekitar tak ingin ada tanda agama Katolik karena mereka ingin menjadikan komplek pemakaman khusus muslim. Mereka juga meminta makam Slamet dibuat di pinggir pemakaman.
Tokoh masyarakat Purbayan Kotagede, Bedjo Mulyono, mengatakan pemotongan itu sudah disetujui keluarga. "Pemotongan salib itu atas kesepakatan warga dengan keluarga almarhum," kata Bedjo saat ditemui pada Selasa, 18 Desember 2018.
Bedjo mengatakan kesepakatan untuk menggergaji tanda salib itu awalnya tak tertulis. Namun karena peristiwa pemotongan salib itu viral, kemudian dari pihak keluarga yang diwakili istri almarhum Slamet, yakni Maria Sutris Winarni membuat surat pernyataan tertulis. Keluarga besar Slamet menyatakan ikhlas untuk menghilangkan simbol salib atas saran pengurus makam, tokoh masyarakat, dan pengurus kampung.
Merespons kejadian itu, Gubernur dan Raja Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X atau Sultan HB X membantah anggapan Yogyakarta tidak toleran.
Menurut Sultan, yang terjadi bukan masalah pemotongan salib. "Itu masyarakat muslim mereka yang ada di situ itu, ada agama berbeda (Katolik) di situ. Daripada dimakamkan di Mrican (pemakaman lain yang jauh), mereka sepakat dimakamkan di situ. Kan begitu saja. Karena diviralkan, itu jadi ada masalah,” ujarnya pada Rabu, 19 Desember 2018
4. Nisan makam di Depok dirusak
Sebuah makam di TPU Kamboja, Kelurahan Sukamaju, Kecamatan Cilodong, Kota Depok mengalami perusakan, yang diduga dilakukan oleh orang tidak bertanggung jawab. Bagian nisan makam pecah sehingga nama penghuni kubur tersebut tidak jelas terbaca.
Ketua pengurus TPU Kamboja Yandi Dahari mengatakan, peristiwa kerusakan makam itu baru terungkap pada Selasa siang, 13 September 2022. “Jadi ketika itu, pihak keluarganya datang dan mendapati makamnya dalam kondisi berantakan,” kata Yandi kepada Tempo di Depok, Minggu 18 September 2022.
Yandi yang mengetahui hal tersebut dari media sosial segera mengecek kebenarannya dan mendapati memang terdapat kerusakan pada makam tersebut. Tapi dirinya menampik, kerusakan tersebut sengaja dilakukan orang iseng.
"Kalau menurut saya, itu bukan karena sengaja, tapi sepertinya itu ada orang tidak bertanggung jawab membuang puing dan tepat mengenai nisan, karena terlihat ada ceceran puing di kuburan," kata Yandi.
Kabar rusaknya sebuah makam di TPU Kamboja Depok ini diunggah akun Instagram @depok24jam_official. "Min mau curhat. Kok bisa ya makam dirusak, lokasi di pemakaman Kober BBM Paragon (TPU Kamboja). Makam nisan ibu saya terlihat dipecah dan ditabur semen. Padahal di area sekitar makam gak (ada) aktivitas pembangunan. Semoga pelakunya segera ketemu," tulis caption postingan tersebut.
Pribadi Wicaksono, M. Syaifullah dan Ade Ridwan Yandwiputra berkontribusi pada penulisan artikel ini.