Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Soal Dwifungsi TNI.
Tenaga kontrak puskesmas.
Keluarga harmonis penting untuk anak.
Tentang Dwi Fungsi TNI
PADA halaman 22 Tempo edisi 6-12 Januari 2020 yang memuat laporan khusus tentang Gus Dur, ada tulisan “Gebrakan 21 Bulan”. Artikel ini berisi daftar kebijakan yang dikeluarkan Gus Dur ketika ia menjabat presiden selama 21 bulan. Setelah saya membacanya, menurut saya ada yang kurang dalam daftar itu, yaitu penghapusan Dwifungsi Tentara nasional Indonesia. Menurut saya, ini prestasi luar biasa Gus Dur. Banyak pengamat politik menilai kebijakan inilah yang membuat TNI marah sehingga ikut dalam barisan para politikus yang menurunkannya. Hal ini dibuktikan dengan moncong tank diarahkan ke Istana Presiden atas perintah Ryamizard Ryacudu, yang saat itu menjabat Kepala Staf Angkatan Darat. Saya menggunakan kata “TNI” karena perubahan nama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia atau ABRI menjadi TNI terjadi pada 1 April 1999, ketika presiden dijabat B.J. Habibie. Gus Dur baru diangkat menjadi presiden pada 20 Oktober 1999.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Machmud
Yogyakarta
TERIMA kasih atas surat Anda. Upaya menghapus dwifungsi tentara dimulai pada zaman Presiden Habibie dan dilanjutkan Abdurrahman Wahid. Abdurrahman atau Gus Dur memulai dengan memisahkan jabatan Panglima Tentara Nasional Indonesia dan Menteri Pertahanan. Adapun Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, yang menegaskan bahwa tentara tidak berpolitik praktis, disahkan pada era Presiden Megawati Soekarnoputri.
Tenaga Kontrak Puskesmas
PADA 2019-2020, tenaga kontrak nonmedis, seperti tenaga keamanan, sopir ambulans, dan tenaga kebersihan, di 26 pusat kesehatan masyarakat di Sidoarjo, Jawa Timur, punya masalah berat tentang penggajian dari pihak ketiga (alih daya). Padahal gaji berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sidoarjo.
Setiap bulan, kami menerima gaji dari pihak ketiga Rp 1,926 juta. Tak ada asuransi kesehatan. Asuransi kerja tak jelas, uang makan Rp 20 ribu per hari tak ada, tak ada pula gaji ke-13 atau ke-14. Sebagian gaji tak ditransfer melalui Bank Jatim karena tak jelasnya surat kontrak perjanjian kerja.
Dalam aturan, pegawai di instansi pemerintah Sidoarjo yang gajinya bersumber dari APBD mendapat Rp 2,262 juta sebulan. Selain itu, ada uang makan Rp 20 ribu sehari, kepesertaan di BPJS Kesehatan dan Jamsostek, serta gaji ke-13 dan ke-14. Padahal kami menjadi tenaga kontrak lebih dari sepuluh tahun. Bahkan ada yang lebih lama sebagai tenaga honorer. Mohon keadilan.
Hendra Samsul
Sidoarjo, Jawa Timur
Keluarga Sehat untuk Mental Anak
HUBUNGAN orang tua dan anak adalah hubungan yang memelihara perkembangan fisik, emosi, dan sosial. Itu ikatan unik yang dapat dinikmati dan dipelihara oleh setiap anak dan orang tua. Hubungan yang sehat dengan anak adalah letak dasar bagi kepribadian anak, pilihan hidup, dan perilaku keseluruhan. Hal ini juga dapat mempengaruhi kekuatan kesehatan sosial, fisik, mental, dan emosional mereka.
Berikut ini empat metode membangun hubungan yang sehat antara orang tua dan anak yang bisa meningkatkan kesehatan mental anak.
Komunikasi dan Keterbukaan
Setiap hubungan memerlukan komunikasi dan keterbukaan, apalagi dalam keluarga. Dengan berkomunikasi, orang tua telah membangun kejujuran anak dan menghindarkan konflik. Demikian juga sikap saling terbuka, tidak ada rahasia antara satu dan yang lain. Keterbukaan dalam sebuah keluarga membuat orang tua dan anak saling mendengarkan.
Dicintai untuk Mencintai
“Love is all we need”. Cinta adalah segala yang kita perlukan. Baik orang tua maupun anak perlu merasa dicintai agar bisa saling mencintai. Anak yang tidak mendapat kasih sayang yang cukup di rumah meningkatkan risiko kekerasan fisik, emosional, hingga seksual yang menghancurkan kehidupan anak kelak.
Saling Menghargai
Aspek kunci dalam fondasi keluarga yang harmonis. Setiap anak belajar menghargai dari orang tua mereka melalui peniruan atau pengajaran langsung. Anak yang tidak mendapat penghargaan di rumah cenderung kurang menghargai orang lain. Setiap anak membutuhkan pengakuan, dihargai pendapatnya dan pilihannya, serta mendapat pujian dan apresiasi.
Menghabiskan Waktu Bersama
Faktor penting yang membantu menciptakan ikatan yang kuat, cinta, dan koneksi dalam hubungan antar-anggota keluarga. Menghabiskan waktu bersama keluarga memastikan ikatan keluarga yang dalam dan kuat. Kegiatan ini juga bisa membangun kepercayaan dan keintiman antar-anggota keluarga sehingga menciptakan keluarga yang sehat.
Monica Yosephin
Mahasiswa London School of Public Relation
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo