Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kompetisi memperebutkan kursi sudah dimulai. Enam kandidat siap bertarung. Empat dari mereka dicalonkan partai politik: Fauzi Bowo (Partai Demokrat), Hidayat Nur Wahid (Partai Keadilan Sejahtera), Joko Widodo (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan), dan Alex Noerdin (Golkar). Sedangkan dua jago lagi diusung kalangan nonpartai: Faisal Basri dan Hendardji Soepandji. Hawa politik Ibu Kota pun memanas. Sang "juara bertahan", Fauzi Bowo, pagi-pagi sudah melempar pernyataan pedas. Orang daerah, menurut dia, tak seharusnya beradu nasib jadi gubernur di DKI. "Nanti kalau Jakarta acak-acakan, dia bisa saja minta berhenti, pulang ke kampungnya," kata Fauzi. Pernyataan Fauzi memicu pro dan kontra. Tiga pesaing beratnya tertohok. Alex Noerdin dari Palembang, Joko dari Surakarta, dan Hidayat dari Klaten. Pembelaan datang dari Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah La Ode Ida. "Orang daerah terpanggil karena orang Jakarta tak mampu," katanya menyindir Fauzi, yang keturunan Betawi. Hasil jajak pendapat Tempo.co sepanjang pekan lalu menunjukkan mayoritas responden tidak mempersoalkan asal kandidat Gubernur Jakarta. Lebih dari 68 persen pembaca situs berita ini berpendapat demikian. "Seorang calon dipilih karena kecakapannya, bukan asal daerahnya," kata seorang pembaca Tempo.co, Sampo Noni. |
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo