Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
NILAI tukar rupiah kembali fluktuatif, hingga pernah mencapai angka Rp 8.800 per dolar AS. Kecenderungan ini tidak saja meresahkan masyarakat, tetapi sekaligus menambah beban ekonomi masyarakat. Bagi kalangan dunia usaha yang membutuhkan dolar untuk keperluan impor bahan baku maupun untuk melunasi utangnya, merosotnya nilai tukar rupiah sangat mengganggu kegiatan bisnis dan usahanya. Ini semua semakin mempurukkan perekonomian nasional, sehingga prospek pemulihan ekonomi sangat absurd.
Dalam rangka pemulihan ekonomi nasional, pasar, sebagai salah satu indikator ekonomi, selalu bereaksi secara instan manakala stabilitas politik dan keamanan terusik. Maka, di samping pengondisian stabilitas politik dan keamanan yang perlu diupayakan, ada beberapa cara yang mungkin dapat ditempuh untuk menyelamatkan perekonomian nasional. Pertama, merangsang munculnya gerakan menabung nasional untuk memperoleh sumber pembiayaan pembangunan. Kedua, menetapkan kebijakan untuk membatasi dan menyeleksi impor barang-barang mewah dan barang konsumsi lainnya untuk menghemat devisa, dibarengi dengan optimalisasi ekspor berbagai barang unggulan untuk meningkatkan devisa. Ketiga, mempercepat penyelesaian restrukturisasi utang swasta dan rekapitalisasi perbankan. Keempat, mengupayakan pengurangan utang luar negeri seperti yang dilakukan negara-negara lain yang dilanda krisis.
Apabila langkah politik ini padu dengan langkah ekonomi, niscaya absurditas pemulihan ekonomi akan bergeser ke optimisme.
ARI P.
Mentengpulo, Jakarta Selatan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo