Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Fundamental Riset Lembaga Eijkman, Herawati Sudoyo, menyebut hewan sebagai perantara terbesar penyakit yang disebabkan oleh virus. Menurut dia, angkanya cukup besar. "Sekitar 70 persen," ujarnya dalam pertemuan Virology and Biosafety 2015, di kantornya, Selasa, 24 Maret 2015.
Dia mengatakan, virus memang bisa berasal dari mana saja, termasuk hewan dan alam terbuka. Herawati mengatakan, virus berevolusi terus-menerus. Terlebih, kini virus dapat dimanipulasi melalui biologi sintetik.
Virus pertama yang diketahui disebarkan melalui hewan ialah Virus Marburg pada 1967. Nama virus ini diambil dari nama sebuah kota di Jerman. Di Kota Marburgh, saat itu para peneliti sedang mengembangkan sel kera hijau Afrika (Cercopithecus aethiops). Biakan sel itu rencananya akan digunakan untuk memproduksi vaksin polio untuk manusia.
Kera hijau tersebut diterbangkan langsung dari hutan di Uganda. Namun, setelah sampai di Jerman, beberapa ekor di antaranya menunjukkan gejala demam dan mati. Selang beberapa hari, 25 orang yang bekerja di laboratorium pengembangan sel tersebut terjangkit sebuah penyakit. Belakangan diketahui virus ini merupakan Virus Marburgh.
Virus lainnya yang disebarkan melalui hewan ialah ebola virus. Cikal bakal virus ini bernama Sudan Virus, pertama kali diidentifikasi pada 1976 di Nzara, Sudah bagian selatan. Saat itu, virus ini menelan 151 korban jiwa.
Beberapa bulan kemudian, di daerah Yambuku, utara Zaire, Republik Kongo, muncul epidemi yang menelan 280 korban jiwa. Setelah diteliti, ternyata epidemi ini disebabkan oleh EBOV, yang kemudian dikenal dengan strain ebola zaire. Penyebab penyebarannya ternyata melalui kelelawar dan monyet.
Marburgh dan Ebola memang belum menjangkiti Indonesia. Tapi, menurut Direktur Pusat Studi Satwa Primata Institut Pertanian Bogor, Joko Pamungkas, ada tiga ordo hewan mamalia yang berpotensi menyebarkan virus penyakit lainnya. Yakni, ordo Chiroptera (kelelawar), Rodentia (tikus), dan Primatea (primata).
Joko mengatakan, kelelawar dapat menyebarkan empat virus menular. Yang paling awam, kata dia, rabies. Adalah kelelawar vampir yang biasanya menyebarkan penyakit ini melalui gigitan, cakaran, bahkan udara di dalam gua kelelawar. Paling parah, rabies dapat menyebabkan encephalitis, peradangan pada otak mirip meningitis.
Selain rabies, kelelawar dapat menyebarkan penyakit Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), atau gangguan pernapasan akut. Penyakit ini pernah beken di Indonesia pada awal 2004. Saat itu, warga global menuduh Singapura dan Cina sebagai negara penyalur SARS. Sebab, kasus pertama ditemukan di dua negara itu.
Penyebab penyakit ini ialah Coronavirus, yang disebarkan kelelawar melalui udara dan ludah. Menurut Joko, ada beberapa virus lain yang dapat disebarkan kelelawar. Yakni, Hendra Virus, Nipah Virus, dan Australian Bats Lyssavirus. "Tapi, paling parah kelelawar dapat menyebarkan ebola," ujarnya. Beruntungnya, empat virus ini belum sampai ke Indonesia.
Sedangkan, Joko mengatakan, untuk sementara ini tikus baru diketahui dapat menyebarkan dua jenis virus. Yakni, Hantavirus dan Arenavirus.
Hewan primata, kata dia, dapat menyebarkan B-Virus (Cercopithecine herpesvirus 1). Virus penyebab penyakit herpes ini tersebar melalui ludah, gigitan, dan cakaran seekor monyet yang sebelumnya sudah terjangkit herpes.
AMRI MAHBUB
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini