Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Arkeolog Asing Incar Indonesia Timur  

Arkeolog asing kini mulai mengarahkan perhatiannya ke Indonesia timur, yang diyakini terdapat banyak spesies baru.

7 Maret 2016 | 15.49 WIB

Warga melintas di dekat kuburan batu atau liang Loko Mata, di Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan, 22 Agutus 2015. Lokomata mempunyai arti lubang, yang berarti lubang-lubang berisi mayat yang berada di sebuah batu besar. TEMPO/Iqbal Lubis
Perbesar
Warga melintas di dekat kuburan batu atau liang Loko Mata, di Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan, 22 Agutus 2015. Lokomata mempunyai arti lubang, yang berarti lubang-lubang berisi mayat yang berada di sebuah batu besar. TEMPO/Iqbal Lubis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia merupakan negara yang sangat menarik untuk dikulik sejarah purbakalanya. Arkeolog asing kini mulai mengarahkan perhatiannya ke Indonesia timur. “Kami tengah mengincar Maluku, Kepulauan Halmahera, dan Papua,” kata Richard Roberts, Director of Centre for Archaeological Science University of Wollongong, Australia, di Jakarta pada Senin, 7 Maret 2016.

Menurut dia, daerah ini merupakan area kunci yang dilintasi Homo sapiens saat migrasi besar-besaran. Bert—sapaan Roberts—menjelaskan, H. sapiens atau manusia modern mulai keluar Benua Hitam pada 55 ribu tahun lalu. Mereka melintasi Arab Saudi, India, dan Asia Tenggara sebelum ke Australia. Tak hanya itu, ia juga menduga ada jejak kaum Denisovans, yang unsur genetikanya terlacak mencapai Australia.

“Saya yakin masih banyak spesies baru yang belum terungkap di sana,” ucapnya. Ia menganggap Indonesia sebagai tempat yang sangat seksi dan menarik bagi arkeolog dan antropolog.

Peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Arkenas), Wahyu Saptomo, mengaku sudah cukup banyak titik di Indonesia yang mereka teliti. Antara lain Talepu di Sulawesi, Liang Bua di Maluku, dan beberapa situs lain di Papua.

Terkait dengan kendornya aktivitas penelitian, dia menuturkan itu karena kurangnya tenaga. “Kebanyakan peneliti ahli sudah pensiun, dan tak ada yang melanjutkan,” ujarnya.

Sedangkan terkait dengan dana dan kerjasama dengan penduduk lokal, dia mengaku itu selalu berjalan lancar. Tim turut melibatkan penduduk setempat dalam penggalian.

URSULA FLORENE




Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ursul florene

ursul florene

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus