Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Ilmuwan Jepang Desain Cara Bersihkan Sampah Ruang Angkasa  

Mereka mengkombinasikan teleskop super lebar yang
dikembangkan oleh tim EUSO untuk mendeteksi benda-benda
sampah d ruang angkasa.

22 April 2015 | 15.52 WIB

Roket Delta IV Heavy dengan pesawat ruang angkasa Orion menunggu diluncurkan di landasan peluncuran Air Force Station Cape Canaveral di Cape Canaveral, Florida, 5 Desember 2014. REUTERS/Steve Nesius
Perbesar
Roket Delta IV Heavy dengan pesawat ruang angkasa Orion menunggu diluncurkan di landasan peluncuran Air Force Station Cape Canaveral di Cape Canaveral, Florida, 5 Desember 2014. REUTERS/Steve Nesius

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jepang - Angkasa sudah menjadi tempat pembuangan sampah raksasa. Total massa puing-puing atau sampah yang bertebaran di ruang angkasa diperkirakan 3.000 ton. Sampah ini berasal dari satelit yang terlantar, badan dan bagian roket, dan fragmen kecil yang diproduksi oleh tabrakan antar puing-puing.

Tim ilmuwan dari Extreme Universe Space Observatory (EUSO) Riken Jepang yang dipimpin Toshikazu Ebisuzaki telah mengajukan proposal untuk membersihkan ruang angkasa dari puing-puing tersebut. “Puing-puing hasil perbuatan manusia itu menjadi hambatan yang besar untuk pengembangan ruang angkasa,” kata dia dalam Acta Astronautica yang diterbitkan pada 17 April 2015.

Puing-puing ruang angkasa, yang terus terakumulasi sebagai akibat dari aktivitas manusia, terdiri dari benda-benda buatan yang mengorbit bumi. Jumlah objek pengotor ruang angkasa itu naik hampir dua kali lipat dari tahun 2000-2014. Masalah ini sudah lama tapi belum dipecahkan.

Mereka mengkombinasikan teleskop super lebar yang dikembangkan oleh tim EUSO untuk mendeteksi benda-benda sampah di ruang angkasa dengan efisiensi tingkat tinggi. Laser CAN, seperti yang dimuat dalam Nature Photonics pada 2013, akan digunakan untuk melacak puing-puing dan menghapusnya dari orbit. “Kami percaya bahwa sistem khusus ini bisa menghilangkan sebagian besar puing-puing berukuran sentimeter dalam waktu lima tahun beroperasi,” kata Ebisuzaki.

Karena puing-puing itu ada di orbit yang berbeda, sulit untuk menangkapnya. Benda-benda dapat berbenturan dengan infrastruktur ruang angkasa seperti International Space Station (ISS) dan satelit aktif. Akibatnya, mengembangkan teknologi remediasi atau pencegah kerusakan telah menjadi tantangan besar.

Untuk tahap awal, tim peneliti berencana menggelar eksperimen kecil di ISS dengan versi 20 sentimeter dari teleskop EUSO dan laser dengan 100 serat optik. "Jika itu berjalan lancar," kata Ebisuzaki, "Kami berencana untuk menginstal versi skala penuh di ISS.”

Mereka menggabungkan teleskop tiga meter dan laser dengan 10.000 serat optik yang memberikan kemampuan untuk melepas puing-puing dari orbit dengan jangkauan sekitar 100 kilometer. ”Melihat lebih jauh ke masa depan, kami bisa membuat misi penerbangan dan memasukkannya ke dalam orbit polar pada ketinggian mendekati 800 kilometer. Di situlah konsentrasi terbesar puing-puing ditemukan. "

Menurut Ebisuzaki, proposal mereka secara mendasar berbeda dari pendekatan konvensional yang berbasis tanah. Mereka percaya bahwa pendekatan itu lebih mudah dikelola dan kerjanya akurat, cepat, dan murah. “Kami akhirnya mungkin memiliki cara untuk menghentikan sakit kepala karena puing-puing di ruang angkasa berkembang pesat dan membahayakan kegiatan ruang angkasa.“

Penelitian ini melibatkan Universitas California, Laboratorium Kosmologi Universitas Paris 7, dan Universitas Torino Italia.

SCIENCE DAILY | AHMAD NURHASIM

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ahmad Nurhasim

Ahmad Nurhasim

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus