Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Palembang - Politeknik Negeri Sriwijaya mengembangkan sebuah rumah kaca yang diberi nama Smart Solar Dryer. Rumah kaca ini digunakan untuk menunjang kualitas pengeringan produk kopi ramah lingkungan di SMK Negeri 1 Jarai, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketua Periset dari Program Katalis Kemitraan Berdikari Ade Silvia Handayani menyatakan, inovasi ini dikembangkan dengan teknologi solar dryer dome berbasis IOT dengan sistem AI dan Machine Learning. Inovasi ditujukan untuk menggantikan proses pengeringan biji kopi yang sebelumnya masih dilakukan secara tradisional.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Waktu pengeringan jadi lebih singkat, sekitar 5-7 hari saja," kata Ade kepada Tempo saat ditemui pada Sabtu, 17 Mei 2025. Selain memangkas waktu, kadar air dalam kopi juga diklaim bisa lebih optimal dengan cita rasa yang tetap terjaga. "Terus juga, bisa mengurangi defect rate," katanya.
Sebelumnya, Ade menjelaskan, pengeringan biji kopi itu dilakukan secara tradisional dengan cara dijemur di halaman atau di jalan-jalan. Waktu pengeringan cukup lama, bisa sampai 2-3 minggu atau 14-21 hari. Proses menjadi sangat bergantung kepada kondisi cuaca di Jarai yang bisa tidak menentu karena berada di dataran tinggi.
"Jadi, Smart Solar Dryer yang kami kembangkan ini bisa meng-efisienkan waktu pengeringan hingga 64,3 - 66,7 persen," kata Ade sambil menambahkan proses yang juga menjadi lebih higenis. "Karena kita melihat pasar global ya, jadi ini metode awal untuk memperbaiki kualitas kopi Sumsel," ujar dia.
Smart Solar Dryer yang dikembangkan oleh Politeknik Negeri Sriwijaya di SMK Negeri 1 Jarai, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Dok. Polsri
Unsur ramah lingkungan pada inovasi Smart Solar Dryer ini disebutkannya terletak pada penggunaan panel surya. Panel yang diletakkan di atap rumah kaca berperan menyuplai listrik untuk menghidupi kipas yang berada di dalam dan luar ruangan untuk membantu mengeringkan kopi. "Seluruh inovasi ini kami buat bersama enam mahasiswa kami dan 5 dosen juga," kata Ade.
Adapun alasan lokasinya di SMK Negeri 1 Jarai, Ade menuturkan, sekolah ini merupakan satu-satunya yang memiliki Rumah Produksi Kopi dan mata pelajaran mengenai kopi di Sumatera Selatan. "Kami juga tahu, Kecamatan Jarai ini merupakan salah satu daerah penghasil kopi terbesar di Sumsel. Sehingga, inovasi kami mulai dari sini," kata dia menambahkan.
Ade juga mengatakan, inovasi ini juga bekerja sama dengan Dinas Koperasi dan UMKM Sumsel dan Komunitas Kopi Sriwijaya sebagai bagian dari Pentahelix. "Ini bagian dari kolaborasi," ujar Ade.