Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Monrovia - Pemerintah Liberia melarang para penduduknya, khususnya para penyandang virus ebola, untuk melakukan hubungan intim. “Meskipun belum terbukti, kami mendapatkan informasi kalau virus (ebola) bisa tersebar melalui hubungan intim,” ujar Deputi Kementerian Kesehatan Liberia Tolber Nyenswah, seperti yang dilansir NBC, Senin, 30 Maret 2015.
Hal ini dilakukan setelah kematian seorang wanita 44 tahun korban ebola yang meninggal Jumat lalu. Nyenswah mengatakan sudah memeriksa 211 orang yang berinteraksi dengan korban tersebut dan belum mengindikasikan penularan ebola. “Pemeriksaan tetap kami lakukan untuk mengetahui menginvestigasi kemungkinan ini,” kata dia.
Karena itu, pemerintah Liberia bersama Badan Persatuan Bangsa-Bangsa bidang kesehatan (WHO) menyarankan para terjangkit ebola tak melakukan hubungan intim sekurang-kurangnya selama 90 hari masa penyembuhan. Setidaknya, para korban harus mementingkan keamanan aktivitas intimnya.
“Para korban kami haruskan menggunakan alat kontrasepsi selama tiga bulan lebih,” kata Nyenswah. Imbauan tersebut, ujarnya, akan terus diberlakukan hingga hasil penelitian lebih lanjut sudah keluar.
Liberia sendiri adalah salah satu negara yang paling bagus mengendalikan virus ebola. Terbukti sudah 42 hari terakhir tak ada kasus baru penularan ebola.
Setahun terakhir, ebola sudah menelan 10 ribu lebih korban jiwa. Liberia, Guinea, dan Sierra Leone adalah tiga negara dengan korban terbesar epidemi tersebut.
NBC | ANDI RUSLI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini