Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Pratiwi Sudarmono Beberkan Syarat Jadi Astronot

Pratiwi mengatakan menurut NASA 75 persen anak muda bisa lolos seleksi fisik astronot.

19 September 2020 | 22.11 WIB

Pratiwi Sudarmono, astronaut perempuan pertama di Indonesia Kredit: spacefacts.de
Perbesar
Pratiwi Sudarmono, astronaut perempuan pertama di Indonesia Kredit: spacefacts.de

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Astronot perempuan pertama Indonesia Pratiwi Sudarmono membeberkan syarat yang harus dimiliki berdasarkan pengalamannya tiga dekade lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Pratiwi memang batal berangkat ke luar angkasa pada 1986 karena program pesawat ulang-alik Amerika dihentikan sementara akibat meledaknya pesawat ulang-alik Challenger, namun dia telah melewati sejumlah seleksi dan pelatihan astronot.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan fisik menjadi salah satu pertimbangan utama tentunya. Pratiwi menuturkan, menurut NASA 75 persen anak muda bisa lolos seleksi fisik astronot.

Namun bukan cuma itu yang jadi penilaian. Ketahanan mental juga tak kalah penting karena astronot harus menjalani hari-hari ekstrem, jauh berbeda dari keseharian di bumi.

"Tapi ada ujian yang lebih ketat, seperti psikotest," kata Pratiwi di webinar bersama Komunitas Tintin Indonesia, Sabtu, 19 September 2020.

Ada karakter yang harus dimiliki seseorang untuk lulus seleksi astronot, diantaranya adalah orang yang bisa menghadapi tekanan, tidak mudah marah, juga bisa mengambil keputusan tepat di tengah kondisi darurat.

"Hal semacam itu yang beberapa kali diujikan," kata Guru Besar Ilmu Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Selain diawasi dan diuji di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Pratiwi juga diuji di National Aeronautics and Space Administration (NASA), lembaga antariksa Amerika Serikat.

Anggota misi wahana antariksa STS-61-H, yang bertujuan membawa satelit komersial termasuk satelit Palapa B3, itu pun mempelajari struktur kendaraan luar angkasa yang akan dipakai.

"Yang berat itu mempelajari sistem kerja pesawat ulang-alik. Bagi saya, seorang dokter dan ahli laboratorium, cukup sulit."

Sepulangnya dari pelatihan antariksa, peraih gelar doktor bidang biologi molekuler dari Universitas Osaka ini mendedikasikan waktunya di dunia mikrobiologi.

ANTARA

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus