Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Astronot perempuan pertama Indonesia Pratiwi Sudarmono membeberkan syarat yang harus dimiliki berdasarkan pengalamannya tiga dekade lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pratiwi memang batal berangkat ke luar angkasa pada 1986 karena program pesawat ulang-alik Amerika dihentikan sementara akibat meledaknya pesawat ulang-alik Challenger, namun dia telah melewati sejumlah seleksi dan pelatihan astronot.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kesehatan fisik menjadi salah satu pertimbangan utama tentunya. Pratiwi menuturkan, menurut NASA 75 persen anak muda bisa lolos seleksi fisik astronot.
Namun bukan cuma itu yang jadi penilaian. Ketahanan mental juga tak kalah penting karena astronot harus menjalani hari-hari ekstrem, jauh berbeda dari keseharian di bumi.
"Tapi ada ujian yang lebih ketat, seperti psikotest," kata Pratiwi di webinar bersama Komunitas Tintin Indonesia, Sabtu, 19 September 2020.
Ada karakter yang harus dimiliki seseorang untuk lulus seleksi astronot, diantaranya adalah orang yang bisa menghadapi tekanan, tidak mudah marah, juga bisa mengambil keputusan tepat di tengah kondisi darurat.
"Hal semacam itu yang beberapa kali diujikan," kata Guru Besar Ilmu Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Selain diawasi dan diuji di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Pratiwi juga diuji di National Aeronautics and Space Administration (NASA), lembaga antariksa Amerika Serikat.
Anggota misi wahana antariksa STS-61-H, yang bertujuan membawa satelit komersial termasuk satelit Palapa B3, itu pun mempelajari struktur kendaraan luar angkasa yang akan dipakai.
"Yang berat itu mempelajari sistem kerja pesawat ulang-alik. Bagi saya, seorang dokter dan ahli laboratorium, cukup sulit."
Sepulangnya dari pelatihan antariksa, peraih gelar doktor bidang biologi molekuler dari Universitas Osaka ini mendedikasikan waktunya di dunia mikrobiologi.
ANTARA