Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Melbourne – Peneliti di University of Melbourne, Australia, merekonstruksi kepala dan wajah mumi mesir menggunakan ilmu forensik dan alat cetak tiga dimensi. Kepala mumi ini tidak sengaja ditemukan dalam koleksi universitas.
Kurator museum menemukannya saat audit dan khawatir akan keadaan mumi tersebut. Ia kemudian meminta untuk melakukan pemindaian dengan CT scan.
“Ternyata tengkorak tersebut cukup utuh, masih diperban, dan terlihat sangat baik bagian dalamnya,” kata Varsha Pilbrow, seorang antropolog biologi di Departemen Anatomi dan Neurosains di University of Melbourne.
Temuan ini, kata Pilbrow, membuat ia dan timnya ingin meneliti lebih lanjut tengkorak tersebut.
Dengan bantuan spesialis pencitraan, Pilbrow dan timnya menggunakan pemindaian untuk membuat replika tiga dimensi tengkorak yang disebut Meritamun itu. Tengkorak diperkirakan milik seorang perempuan berusia tak lebih dari 25 tahun. Pilbrow menduga orang ini cukup penting sehingga tengkoraknya dimumi.
“Sangat menarik kami bisa melakukan ini tanpa merusak spesimen,” kata Pilbrow.
Peneliti masih belum mengetahui asal tengkorak yang dimumi tersebut. Mereka menduga tengkorak ini koleksi Frederic Wod Jones, profesor yang melakukan penggalian di Mesir sebelum bergabung dengan universitas tahun 1930.
Dari gaya perban dan balsemnya, peneliti menduga Meritamun dimumi di Mesir dan hidup sekitar 2.000 tahun lalu. Untuk penanggalan yang lebih tepat, peneliti tengah menggunakan radiokarbon.
Selain merekonstruksi wajahnya, CT scan dan pencetakan tiga dimensi ini mengungkap rincian tentang Meritamun. Termasuk ketidaknormalan susunan gigi dan penyakit yang mungkin ia miliki. “Bagian atas tengkorak ini sangat tipis dan berpori.” Kata Pilbrow. Ini menunjukkan Meritamun menderita anemia yang parah.
Kekurangan hemoglobin dan oksigen, bisa menyebabkan pembengkakan di tulang belakang dan penipisan tengkorak.
Pilbrow mengatakan anemia dan penyakit gigi sangat lazim di antara populasi Mesir. Kondisi ini memberi satu pentunjuk bagaimana Meritamun meninggal. Tapi ia dan timnya masih melanjutkan penelitian untuk menggali faktor lain.
LIVE SCIENCE | TRI ARTINING PUTRI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini