Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) akan menghadirkan rektor asing untuk perguruan tinggi di Indonesia. Menteri Ristekdikti Mohamad Nasir menyatakan bahwa perekrutan rektor asing bertujuan untuk memperbaiki pendidikan tinggi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sampai sekarang perguruan tinggi Indonesia tidak pernah masuk dalam 500 besar, hanya ada tiga saja. Padahal perguruan tinggi kita banyak, problemnya banyak faktor, di antaranya masalah penganggaran, kedua masalah manajemen, bagaimana kita berubah," ujar Nasir, di Jakarta, Selasa, 30 Juli 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wacana tersebut, kata dia, sebenarnya sudah ada sejak 2015. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan Kemristekdikti di sejumlah perguruan tinggi di luar negeri, sosok rektor asing bisa menjadi solusi untuk meningkatkan kualitas kampus itu.
Nasir juga memberikan contoh negara yang menggunakan rektor asing di perguruan tingginya.
"Kita lihat pengalaman negara lain, Singapura contohnya sukses karena banyak dosen atau rektornya dari asing, Taiwan sama, Hong Kong sama, Arab Saudi juga melakukan hal yang sama," kata Nasir. "Kapan Indonesia melakukan? Kita harus segera melakukan hal yang sama."
Dengan menghadirkan rektor atau pun dosen asing, Nasir berujar, karena rektor asing mempunyai banyak jaringan yang baik di dunia. Oleh karena itu, menurutnya, berbagai regulasi terkait itu harus diperbaiki.
"Supaya nanti kalau ada perguruan tinggi yang dipimpin rektor asing berjalan dengan baik," tutur Nasir. "Saya harapkan mulai 2020 sudah diumumkan kepada publik."