Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sejarawan Taufik Abdullah dianugerahi Lifetime Achievement Award dari Himpunan Peneliti Indonesia (Himpenindo). Penghargaan tersebut diberikan kepada Taufik dalam rangkaian acara Hari Ulang Tahun ke-6 Himpenindo.
"Hari ini spesial, sebenarnya ulang tahun Himpenindo itu pada 17 Oktober, tapi karena ada sesuatu hal, kita geser 30 Oktober. Spesialnya ulang tahun ke-6 ini, kami akan memberikan Himpenindo Lifetime Achievement Award untuk pertama kali," ujar Ketua Umum Himpenindo, Syahrul Ika di Auditorium LIPI, Jakarta, Rabu, 30 Oktober 2019.
Himpenindo merupakan organisasi profesi peneliti sebagai kumpulan para ahli dari berbagai bidang ilmu, bekerja profesional dalam melakukan penelitian, pengembangan dan pengkajian, penerapan, dengan pedoman etika penelitian.
Penghargaan tersebut diberikan kepada Taufik berdasarkan hasil seleksi yang ketat oleh Dewan Pakar Himpenindo yang beranggotakan 20 orang profesor riset dari berbagai keahlian. "Penghargaan ini akan berlanjut setiap tahunnya dan diberikan kepada satu orang yang memiliki kontribusi nyata," kata Syahrul.
Taufik lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 3 Januari 1936. Suami Rasida dan ayah tiga anak ini menyelesaikan pendidikan SD pada 1948, SLP pada 1951, dan SLA pada 1954. Selepas pendidikan menengahnya, Taufik melanjutkan ke jurusan Sejarah Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dan lulus pada 1961.
Sulung dari tujuh bersaudara ini akrab dengan dunia bacaan sejak di SLP, kemudian sempat melanjutkan pendidikan ke luar negeri. Kesempatan itu diraihnya ketika mendapat beasiswa ke Universitas Hawai, AS, untuk meraih gelar Master of Arts pada 1967 dan Universitas Cornell, AS, untuk gelar doktor pada 1970.
"Terima kasih yang terhingga kepada Himpenindo atas penghargaan yang tak terduga ini. Saya terkadang mengira bahwa kehadiran saya sudah tidak penting lagi di Indonesia," tutur Taufik. "Saya tidak terlalu tahu tentang Himpenindo, jadi jangan heran kalau saya kaget bahwa Himpenindo Indonesia memberikan kehormatan ini kepada saya."
Taufik pernah menjadi Kepala Bagian Umum Majalah Ilmu Pengetahuan Indonesia (Biro MIPI), Jakarta (1962-1963), Asisten Peneliti Leknas LIPI (1963-1967); Peneliti Leknas (1967-1974); Direktur Leknas LIPI (1974-1978), dan, terakhir, kini menjadi peneliti senior LIPI. Selain itu, Taufik juga rajin menghadiri dan menjadi pembicara di berbagai seminar dan pertemuan sejarawan di dalam maupun luar negeri.
Bahkan sempat menjadi wakil presiden Southeast Asian Social Science Association dan ketua komite eksekutif Program Studi Asia Tenggara. Taufik juga sudah mengeluarkan ratusan hasil penelitian yang sudah dipublikasikan.
"Sekali lagi, saya ucapkan terima kasih sekali lagi. Karena saya masih dianggap ada. Pensiun hanya masalah urusan gaji saja, tapi kreativitas tidak mengenal usia," kata Taufik Abdullah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini