Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

WHO: Belum Ada Bukti Indonesia Terjangkit Virus Corona

Perwakilan WHO untuk Indonesia, Dr Navaratnasamy Paranietharan, menepis anggapan tim medis Indonesia tidak mampu mendeteksi virus corona.

12 Februari 2020 | 10.19 WIB

Kepala Balitbangkes Kementerian Kesehatan Siswanto (kedua kiri) bersama Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Kementerian Kesehatan Vivi Setiawaty (kedua kanan), Perwakilan WHO untuk Indonesia Navaratnasamy Paranietharan (kanan), Sekretaris Balitbangkes Nana Mulyana (kiri) memberikan keterangan pers terkait novel coronavirus di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) di Jakarta, Selasa 11 Februari 2020. ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Perbesar
Kepala Balitbangkes Kementerian Kesehatan Siswanto (kedua kiri) bersama Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Kementerian Kesehatan Vivi Setiawaty (kedua kanan), Perwakilan WHO untuk Indonesia Navaratnasamy Paranietharan (kanan), Sekretaris Balitbangkes Nana Mulyana (kiri) memberikan keterangan pers terkait novel coronavirus di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) di Jakarta, Selasa 11 Februari 2020. ANTARA FOTO/Galih Pradipta

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Depok – Perwakilan WHO untuk Indonesia, Dr Navaratnasamy Paranietharan, mengatakan, Indonesia sudah siap merespons virus corona dan hingga kini belum ada data yang menyebut 2019-nCoV masuk ke Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

“Kami sebagai WHO tidak mengambil kesimpulan hanya dari prediksi dan model, kami menunggu ada bukti, dan hingga kini belum ada bukti dari Indonesia terjangkit 2019-nCoV,” kata Paraneitharan saat menghadiri Seminar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Depok, Selasa, 11 Februari 2020..

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dia menyebut, belum adanya suspect virus corona atau 2019-nCoV ke Indonesia, karena pemerintah melakukan upaya yang baik dalam persiapan dan pencegahan terhadap masuknya virus tersebut.

Paranietharan menepis anggapan tim medis Indonesia tidak mampu mendeteksi virus corona. "Bersyukur sampai sekarang di Indonesia belum ada kasus. Itu artinya kami percaya dan yakin bahwa kapasitas medis di Indonesia siap menangani, dari rumah sakit hingga deteksi virus itu," ujarnya.

Menurutnya, Indonesia telah memiliki kapasitas untuk mendeteksi virus 2019-nCoV karena sejak 14 Januari 2020 telah memiliki PCR atau Polymerase Chain Reaction sebagaimana negara Asia lainnya.

“PCR untuk coronavirus telah dimiliki Indonesia sejak 14 Januari sebagaimana negara Asia lainnya, jadi sebenarnya seluruh negara terdampak baru bisa mendeteksi 2019-nCoV mulai 14 Januari,” kata Paranietharan.

Paranietharan mengatakan PCR merupakan alat untuk mendeteksi 2019-nCoV. Cara kerja alat tersebut dengan cara melakukan genomic sequencing (pengurutan DNA) untuk kemudian dicocokkan dengan data 2019-nCoV.

“Prosedur PCR menggunakan RNA (semacam enzim) yang diekstraksi dan ditambah reagen, setelah itu masuk ke mesin PCR untuk menemukan kesamaan dengan 2019-nCoV berdasarkan data dari Cina,” kata Paranietharan.

Namun, kata Paranietharan, hasil laboratorium dari PCR membutuhkan waktu lama, paling cepat hasil keluar dalam waktu dua hari. “Dengan PCR hasilnya baru akan keluar paling cepat dua hari, namun dengan PCR spesifik hasilnya bisa didapatkan lebih cepat dalam hitungan jam,” kata Paraneitaharan.

ADE RIDWAN YANDWIPUTRA

 

Ade Ridwan Yandwiputra

Lulusan sarjana Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Institut Bisnis dan Informatika Kosgoro 1957. Memulai karier jurnalistik di Tempo sejak 2018 sebagai kontributor. Kini menulis untuk desk hukum dan kriminal

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus