Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Angklung merupakan alat musik tradisional yang berfungsi sebagai dipolomasi budaya. Menurut pakar musik trandisional Universitas Pasundan, Rosikin, angklung yang dipertunjukkan dalam Konferensi Asia Afrika (KAA) membuktikan bahwa musik ini telah dikenal oleh bangsa-bangsa di dunia.
"Angklung menjadi musik tradisional yang mewakili Indonesia," kata Rosikin di Bandung, Kamis 24 April 2015. Rosikin menanggapi permainnan 20 ribu angklung pada peringatan ke-60 KAA di di Stadion Siliwangi, Bandung.
Acara "Angklung for the World" tersebut dibawakan berbagai genre mulai dari lagu kebangsaan hingga lagu barat. Rosikin mengatakan, angklung merupakan alat musik tradisional yang fleksibel karena dapat mengikuti perkembangan musik dunia.
"Angklung memiliki dwifungsi, bisa mengiringi musik pentatonik yaitu nada asli dari lagu-lagu Sunda tapi juga bisa dikembangkan dengan musik diatonik yang banyak digunakan oleh musik barat," katanya.
Perkembangan angklung sangat pesat. Berkat Saung Udjo, angklung dapat dikembangan sedemikian rupa dan dikenal dunia. Padahal, kata Rosikin, angklung dahulu hanya digunakan untuk upacara adat seperti panen padi.
Selain fleksibel, angkung juga merupakan alat musik tradisi Jawa Barat yang sangat mudah dimainkan. Angklung bisa dipelajari oleh orang awam hanya dalam beberapa menit, bahkan satu orang bisa menggunakan sampai empat oktaf nada.
Ke depan, kata Rosikin, angklung harus menjadi musik tradisional yang mewakili Indonesia dalam setiap kegiatan KAA. "Setiap orang yang melihat angklung ingat Indonesia, ingat Jawa Barat. Seperti halnya mereka ingat Bali dan batik," kata dia menambahkan.
ANTARA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini