Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Wabah Covid-19 memaksa museum-museum tutup sementara.
Akses museum tetap terbuka lebar di dunia maya dengan inovasi digital.
GETTY Museum di Los Angeles, Amerika Serikat, mengumumkan sebuah tantangan di akun Instagram mereka pada 25 Maret lalu. Mudah saja: pilih karya seni favoritmu, temukan tiga benda apa saja di rumah masing-masing, kemudian bergayalah dengan benda-benda itu layaknya sebuah obyek dalam lukisan terkenal. Lalu unggah foto tersebut ke media sosial. Getty Museum mengakui tantangan ini diawali oleh akun Instagram @tussenkunstenquarantine, yang kemudian diikuti Rijks Museum di Amsterdam, Belanda. Getty memodifikasi sedikit tantangan tersebut dengan meminta pengikutnya menggunakan karya-karya koleksi mereka yang dapat diunduh dari situs resmi museum. Dengan tagar #betweenartandquarantine dan #museumathome, sudah ribuan orang dari seluruh dunia berpartisipasi dalam tantangan itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lihatlah betapa kreatif dan konyolnya warga dunia merekreasi karya-karya seni rupa kanon berbekal entah selimut, jubah mandi, entah kaus kaki. Seorang warganet menghias rambutnya dengan gulungan tisu toilet untuk menyerupai rambut bergelung pria dalam Portrait of Marc de Villiers yang dilukis Jacques Aved (1702-1766) dan kini menjadi koleksi Getty Museum. Yang lain menyusun pakaiannya di atas lantai menjadi kotak berwarna-warni untuk meniru gaya Piet Mondrian. Ada juga yang menimbun diri dengan buah-buahan demi terlihat seperti Rudolf II dari Habsburg atau Vertumnus yang dilukis seniman Renaisans, Giuseppe Arcimboldo (1527-1593). Hingga awal pekan lalu, pengguna Instagram masih bersemangat mengunggah karya parodi mereka. Getty Museum bahkan mempromosikan kembali tantangan ini beberapa kali dan mencantumkan macam-macam tip agar warganet dapat berkreasi lebih lucu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tantangan virtual ini salah satu upaya unik yang dilakukan museum-museum di seluruh dunia untuk tetap bergairah kendati pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) memaksa mereka menutup pintu. Sejak virus corona melanda hampir semua negara, tempat publik seperti museum menjadi lapisan pertama yang paling terkena dampak. Tak terkecuali di Indonesia. Lewat surat edaran, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, yang membawahkan macam-macam museum dan obyek wisata lain di Ibu Kota, mengumumkan penutupan seluruh area publik tersebut terhitung 30 Maret lalu.
Meski belum ada yang menginisiasi tantangan daring (online) semacam yang dilakukan Getty Museum dan Rijks Museum, sejumlah museum di Indonesia sudah menyediakan layanan yang dapat diakses dari rumah. Kesan kuno tak lekat lagi dengan museum kita, yang sudah mengembangkan macam-macam inovasi di dunia maya. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam situsnya sudah membuat kolom khusus berjudul “Kunjungan Daring ke Museum” di bawah topik “Bersama Hadapi Korona”. “Aplikasi yang memungkinkan kunjungan museum secara virtual di masa pandemik Covid-19,” begitu keterangannya.
Aplikasi yang dimaksud adalah Google Arts & Culture. Sejumlah museum di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan Google menyediakan layanan tur virtual dengan meminjam teknologi Google Street View. Museum Nasional Indonesia, Museum Seni Rupa dan Keramik, serta Museum Purbakala Sangiran telah mengaktifkan layanan ini. Selain museum, obyek budaya seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan dapat dikunjungi lewat layar gawai.
Gambaran virtual tur dari NuArt Sculpture Park milik Nyoman NUarta di Bandung, Jawa Barat./virtualtour.nuartsculpturepark.com
Pertama-tama, kita perlu mengunduh aplikasi Google Arts & Culture agar lebih leluasa berselancar secara virtual di museum-museum tersebut. Selanjutnya, kita dapat mencari museum apa yang hendak dikunjungi. Di laman paling muka ada informasi umum tentang museum. Dengan mengeklik ikon orang di bagian kanan layar, kita akan dibawa pada tangkapan kamera situasi di museum. Untuk Museum Nasional, kita dapat mengeksplorasi area gerbang masuk yang ditandai oleh patung gajah. Ada tanda panah yang dapat dipencet untuk mengarahkan pengunjung ke bagian lebih dalam museum.
Selain melihat bagian depan, ada pilihan untuk langsung melihat obyek seni yang dipamerkan. Sayang, baru ada tiga karya seni yang dapat dilihat langsung, yaitu Sesako, ukiran singgasana bergambar naga; koleksi piring-piring dari Dinasti Ming yang ditemukan di Jambi; dan sebuah patung batu. Sebagian koleksi lain dari Museum Nasional hanya diperlihatkan fotonya tanpa bisa dikunjungi secara virtual. Selain itu, format informasi yang diberikan cuma menggunakan tulisan. “Memang masih ada kelemahan. Kami ingin membuat lebih detail seperti museum di luar negeri, tapi masih dalam persiapan,” kata Kepala Museum Nasional Indonesia Siswanto saat dihubungi Tempo.
Kerja sama dengan Google untuk layanan daring ini mulai dijajaki Museum Nasional pada Februari lalu. Menurut Siswanto, semua perlengkapan yang dibutuhkan untuk mengembangkan sistem virtual itu disediakan Google. “Kami memfasilitasi tempat dan memilih koleksi yang nilainya paling penting,” ucapnya.
Selain bekerja sama dengan Google, Museum Nasional mengembangkan layanan digital tur virtual dengan bantuan Indonesia Heritage. Tur virtual ini dapat diakses langsung dari laman utama situs www.museumnasional.or.id. Lewat fasilitas ini, pengunjung dapat mengeksplorasi setiap sudut museum, lantai per lantai, yang ditampilkan dengan pemandangan 360 derajat. Selain itu, ada bagian khusus untuk melihat sebagian koleksi museum yang telah direkam versi digitalnya secara tiga dimensi. Dengan mengeklik gambar pada sebuah obyek, pengunjung dapat mengamatinya dari semua sisi secara detail. “Kami mencontoh museum virtual Smithsonian di Amerika Serikat saat membuat tur virtual ini," kata Revi Kuswara, CEO Indonesia Heritage, yang bermitra dengan Museum Nasional untuk mengembangkan layanan tersebut.
Teknologi yang sama digunakan Revi saat mengembangkan program virtual untuk museum yang baru-baru ini dibuka, yaitu Museum Maritim Indonesia di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Museum di bawah naungan PT Pelabuhan Indonesia II ini mulai menerima pengunjung pada akhir 2018 dan sejak awal telah mengembangkan program virtual yang dapat diakses langsung saat membuka situs www.maritimemuseum.id. Ketika museum ditutup untuk mengantisipasi penyebaran wabah, layanan digital ini makin disempurnakan. “Sebenarnya display di museum juga belum sepenuhnya selesai. Jadi kami berbarengan menjalankan pembangunan fisik dan pengembangan digitalnya,” ujar Kepala Museum Maritim Indonesia Tinia Budiati.
Dengan tampilan situs yang interaktif dan mulus, pengunjung dapat mengeksplorasi museum secara runut dari pintu masuk. Di bagian tertentu ada simbol miring yang dapat diklik, lalu narasi tentang sejarah kemaritiman Indonesia akan muncul di layar. Untuk mengembangkan tur virtual ini, Museum Maritim punya tim khusus di bawah unit business knowledge management. “Kami dapat dukungan penuh untuk mengembangkan museum virtual ini. Ke depan akan ditambahkan augmented reality dan story telling yang lebih interaktif,” tutur Revi.
Museum privat terlihat lebih siap menghadirkan program-program daring di tengah situasi wabah ini. Di Bandung, NuArt Sculpture Park milik pematung Nyoman Nuarta sudah menyediakan fasilitas agar publik bisa menjelajahi museum tanpa harus datang langsung lewat tautan https://virtualtour.nuartsculpturepark.com. Tur virtual ini sudah dilengkapi tampilan visual dan audio yang mumpuni terkait dengan karya-karya Nyoman Nuarta di museum itu. “Biasanya hanya dapat diakses melalui fasilitas guided tour NuArt Sculpture Park,” kata Manajer Program NuArt Sculpture Park Keni K. Soeriaatmadja.
Lebih dari 80 karya patung Nyoman Nuarta dapat dilihat dengan dekat sekali, lengkap beserta informasi tertulis dan dalam bentuk suara tentang latar belakang tiap karya. Tur virtual ini akan diperbarui secara berkala sehingga memungkinkan munculnya karya-karya Nyoman yang lain, juga program pameran daring.
Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara (Museum Macan) di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, sudah melangkah lebih jauh dari sekadar menghadirkan tur virtual. Lewat program #MuseumfromHome, Museum Macan membuat layanan menyeluruh yang dapat diakses penikmat seni dari rumah. Ada program seperti diskusi daring, podcast seni, dan panduan aktivitas seni untuk dilakukan di rumah yang spesifik menargetkan siswa sekolah, guru, dan keluarga. Macam-macam materi untuk pembelajaran seni juga dapat diunduh secara gratis di situs mereka. “Selama diam di rumah, tim Macan ingin menyemangati semua untuk tetap mengaktifkan pikiran,” ujar Kepala Edukasi dan Program Publik Museum Macan Aprina Murwanti.
MOYANG KASIH DEWIMERDEKA, ANWAR SISWADI (BANDUNG)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo