Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

teroka

Dua Manusia Kesepian di Busan

Film drama romantis berlatar Kota Busan, Korea Selatan. Klise tapi menarik. Debut Titien Wattimena sebagai sutradara.

9 Desember 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hello Goodbye
Genre: Drama
Sutradara:Titien Wattimena
Skenario: Titien Wattimena
Pemain:Atiqah Hasiholan, Rio Dewanto, Kenes Andari, Verdi Solaiman, Sapto Soetardjo, Khiva Iskak

Terlalu fokus pada tujuan kadang membuat kita lupa untuk menikmati perjalanan." Kalimat yang diucapkan Abi itu terdengar tajam di telinga Indah. Perempuan muda itu merasa tersindir. Sejak pertama kali Abi dan Indah berjumpa, selalu saja ada pertengkaran di antara mereka.

Indah (Atiqah Hasiholan) adalah pegawai baru di kantor Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Busan. Kota pelabuhan di bagian tenggara Korea Selatan itu menjadi tempat pertamanya meniti karier di luar negeri. Tapi, bagi Indah, Busan hanyalah sebuah kota yang membosankan. Ia ingin ditugasi ke negara lain.

Hidup Indah perlahan berubah setelah mengenal Abi (Rio Dewanto), lelaki asal Indonesia yang sudah 12 tahun bekerja sebagai pelaut. Serangan jantung memaksa lelaki itu turun dari kapal dan menginap di rumah sakit di Busan. Sebagai anggota staf kedutaan, Indah ketiban tugas. Setiap hari ia datang ke rumah sakit, memantau dan mengurus Abi sampai kesehatannya pulih dan bisa dipulangkan ke Indonesia. Setiap hari pula kepala Indah mendidih karena harus berhadapan dengan Abi, yang apatis, yang punya hobi marah-marah dan mengeluarkan kata-kata kasar yang menjengkelkan.

Cinta yang berawal dari benci. Klise bukan? Formula inilah yang ditawarkan ­Titien Wattimena dalam film terbarunya, Hello Goodbye. Dalam film produksi Falcon Pictures ini, Titien tak hanya menulis naskah, tapi juga menjadi sutradara. Sebagai penulis naskah, terutama film drama, ia memang terbilang matang. Setelah sukses menulis skenario film Mengejar Matahari, namanya semakin berkibar lewat sederet film layar lebar, seperti Tentang Dia, Badai Pasti Berlalu, Minggu Pagi di Victoria Park, dan Tanda Tanya. Hello Goodbye merupakan debutnya sebagai sutradara, setelah dia menjadi asisten sutradara di beberapa film layar lebar.

Tapi Titien mencoba membuat tema yang terbilang klise itu tetap menarik. Ia tak membuat sebuah drama percintaan yang mengharu-biru dengan bumbu konflik yang menguras air mata. Kisah Indah dan Abi berjalan sewajarnya. Pertemuan yang intens—dengan tetap dibumbui pertengkaran kecil—membuat Indah dan Abi sadar bahwa selama ini mereka kesepian. Dan rasa sepi itu berganti dengan perasaan rindu meski tak diungkapkan secara verbal.

Titien tak mengumbar dialog mesra ataupun sentuhan fisik yang berlebihan. Obrol­an antara Indah dan Abi lebih banyak diisi renungan tentang kehidupan, termasuk bagaimana memaknai pertemuan dan perpisahan.

Meski demikian, sebagai film drama romantis, film ini tak banyak menyajikan letupan. Konflik yang dibangun tak cukup kuat mengaduk-aduk emosi penonton, bahkan bisa dibilang cukup datar. Penonton pun hanya disuguhi cerita yang melulu terfokus pada dua karakter utama, Abi dan Indah. Karakter lain, seperti Puri (Kenes Andari), teman serumah Indah, hadir hanya sekadar sebagai pelengkap. Begitu pula dengan Eru, penyanyi papan atas Korea, yang terkesan sekadar meramaikan film ini.

Yang dapat kita saksikan adalah sosok Indah yang lebih banyak menyepi sendiri, membuat boneka mungil dari karton di waktu luang, ketimbang bergosip dengan teman-temannya. Sebagai anggota staf kedutaan, Indah juga lebih banyak menganggur. Kalaupun ada kegiatan, paling hanya menemani istri-istri pejabat menjelajahi pusat belanja di sana sekaligus sebagai tukang angkut belanjaan mereka. Mungkin ini cara Titien menyindir para pejabat kita.

Hal menarik lain dari film ini apa lagi kalau bukan lokasinya. Di tengah demam K-pop, memilih Busan adalah strategi menjaring penonton.

Nunuy Nurhayati

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus