Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah konser piano oleh Ananda Sukarlan pada Minggu malam, 14 Juli 2019 menjadi penutup Festival Don Quijote yang dihelat di Salihara, Sabtu - Minggu, 13 - 14 Juli 2019. Takhanya menyuguhkan tembang-tembang, konser ini pun menampilkan pembacaaan puisi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pembacaan puisi atau nukilan cerita naskah Don Quijote dalam konser itu dilakukan oleh Cania Citta Irlanie. Ananda Sukarlan tampil mengiringi Nikodemus Lukas, seorang penyanyi klasik dengan suara tenornya membawakan lagu-lagu berbahasa Spanyol karya sang pianis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Dua di antaranya dari puisi Miguel Cervantes, yakni En el Silencio de la Nocha, Galatea. Dua lagi dari puisi Federico Garcia Lorca, penyair awal abad 20," ujar Ananda Sukarlan. Lorca diketahui sebagai penyair yang sangat terpengaruh oleh Cervantes, salah satunya adalah Surat Cinta untuk Salvador Dali yang kontroversial.
Mereka adalah sepasang kekasih dan karenanya mereka dihukum mati karena membuka diri atas orientasi seksualnya. Tak hanya menyanyikan tembang berbahasa Spanyol yang dicipta pada 2016, Ananda Sukarlan juga memainkan komposisi ciptaannya untuk piano Solo Rapsodia Nusantara.
Lagu-lagu rakyat nusantara dari berbagai daerah ini dikemas secara virtuosik oleh pianis yang telah berkonser di berbagai negara ini. Ananda Sukarlan sempat memainkan Rapsodia Nusantara no. 9 (dari lagu daerah Ampar Ampar Pisang dan Paris Barantai), no. 8 (O Inani Keke) dan paling unik adalah no. 15 dari Lampung.
Pianis Ananda Sukarlan berfoto selfie bersama pentonton saat konser penutupan Festival Don Quijote di Salihara, Minggu, 14 Juli 2019. Foto: Cendra
Rapsodia no. 15 ini ia tulis untuk tangan kiri saja, ditujukan kepada pianis yang hanya berfungsi tangan kirinya, tapi berbunyi seperti dimainkan oleh dua tangan, jika hanya mendengar tanpa melihat cara memainkannya.
Seusai konser piano, penonton dibuat heboh ketika Ananda Sukarlan melakukan swa foto dengan melibatkan para penonton. Mereka memenuhi Blackbox Salihara supaya masuk dalam bingkai foto kamera sang pianis.
Sebelum konser berlangsung, ada peluncuran novel Don Quijote dan diskusi bersama penerjemahnya, Apsanti Djokosujatno. Novel Don Quijote de la Mancha terpilih sebagai buku yang paling berarti sepanjang masa dalam jajak pendapat yang diorganisasi para editor Norwegian Book Clubs pada 2002.
Yayasan Pustaka Obor Indonesia turut menerbitkan novel ini dalam edisi utuh berbahasa Indonesia. Pada tahun ini, Yayasan Pustaka Obor menargetkan penjualan novel Don Quijote hingga 2.000 eksemplar.