Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Seni

Penduduk Kian Padat, Hanafi Gelar Pameran Oksigen Jawa

Hanafi cemas akan ledakan penduduk di Pulau Jawa.

15 April 2015 | 20.53 WIB

Pengunjung melihat gitar yang dipamerkan pada pameran `Dawai Dawai Dewa Budjana` di Selasar Sunaryo Art Space, Bandung, Jawa Barat (7/6). Pameran ini merupakan kolaborasi persenyawaan antara gitar dan seni rupa. TEMPO/Aditya Herlambang Putra
Perbesar
Pengunjung melihat gitar yang dipamerkan pada pameran `Dawai Dawai Dewa Budjana` di Selasar Sunaryo Art Space, Bandung, Jawa Barat (7/6). Pameran ini merupakan kolaborasi persenyawaan antara gitar dan seni rupa. TEMPO/Aditya Herlambang Putra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Bandung - Pelukis Hanafi kembali akan melakukan pameran lukisan. Kali ini Hanafi menggarap proyek seni bertema Biografi Visual Oksigen Jawa. Bertempat di Galeri Soemardja, Institute Teknologi Bandung (ITB), rencananya pameran itu akan berlangsung selama 5 hari. Waktunya tidak serentak, tapi seolah berkesinambungan mulai 17, 18 dan 24 April 2015, kemudian disambung lagi pada 8 dan 15 Mei 2015.

Ide tentang proyek seni itu, menurut Hanafi, tidak didapatkan dari kesendiriannya, melainkan dari hasil interaksinya dengan keluarga dan rekan-rekannya. "Gagasan ini tidak saya dapatkan sendiri," ujar Hanafi kepada wartawan di pelataran Galeri Soemardja ITB, Bandung, Rabu, 15 April 2015.

Proyek seni Biografi Visual Oksigen Jawa itu menurut hanafi terilhami dari sebuah koran yang ia jatuhkan ke atas lantai. Kemudian koran itu dipungut dan dibaca oleh istrinya Adinda Luthvianti. Koran itu ternyata berisi demografi pulau Jawa. Kepenatan dan semakin sesaknya pertumbuhan penduduk di pulau Jawa semakin hari semakin bertambah.

"Berita koran pagi jatuh dari atas meja. Aku memungut Jawa dengan pertambahan penduduk yang membengkak," tulis Hanafi dalam buku acara Biografi Visual Oksigen Jawa.

Berangkat dari isi koran itu, pikiran Hanafi merasa terganggu dengan fenomena demografi itu. Dia membayangkan ledakan penduduk di pulau Jawa itu membuat ruang hidup semakin sempit, lapangan pekerjaan tidak ada, kekurangan pangan terjadi dimana-mana hingga berimbas pada kondisi manusia yang dimesinkan. "Kengerian dan getaran keprihatinan masuk dalam tubuhku begitu saja," katanya.

Hanafi tidak dapat memastikan kapan biografi visual Oksigen Jawa itu ia garap. Seolah dia mengelak pertanyaan awak media mengenai hal itu, karena menurut Hanafi, bekerja itu tidak hanya dilakukan oleh tangan. "Namun pikiran pun bekerja, tapi keringatnya tidak kelihatan," ucapnya.

Senada dengan Hanafi, sang Istri Adinda Luthvianti mengatakan dalam membuat suatu karya seni tidak bisa hanya sendirian namun kesenian merupakan hasil dari pertemuan beberapa unsur yang saling menguatkan dan padu. "Sebuah pertemuan pasti akan menghasilkan misteri," katanya.

"Kesenian itu saat ini tidak bisa lagi sendirian, ketika dia sendiri dia akan kesepian. Melihat Mas Hanafi sering kali melakukan pertemuan dengan koreografer, pemusik, penari," ujar Adinda yang juga pengelola Studiohanafi.

AMINUDIN

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dewi Rina Cahyani

Dewi Rina Cahyani

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus