Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengacara yang satu ini memang agak aneh. Bukannya sibuk memburu serta mengoleksi mobil mewah, lukisan antik, main golf, atau menghabiskan waktu santai dengan kongko-kongko di kafe bersama rekan seprofesi, buat mengisi waktu luangnya, David Tobing punya kebiasaan lumayan ganjil.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Tiap-tiap pagi, selesai berdoa dan membantu anak bersiap ke sekolah, masih mengenakan kaus oblong dan celana rumah dengan "bersenjatakan" seikat sapu lidi, ia melangkah ke luar pagar rumahnya di kawasan Kalibata Timur. Para tetangga pun mafhum, sekitar pukul 07.00 kurang, pengacara lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia yang juga menyandang gelar master notariat ini, sibuk menyapu jalanan di muka rumahnya dan rumah-rumah tetangganya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Enggak enak kalau melihat keadaan di depan rumah kotor," katanya. "Apalagi kalau melihat puntung rokok berserakan." Kebiasaan yang boleh jadi aneh buat orang lain ini ternyata tidak istimewa bagi laki-laki 47 tahun yang dikenal sebagai pengacara konsumen ini. Jauh hari sebelum ia tinggal bersama istrinya, Aurora Panggabean, dan tiga anaknya di kawasan yang asri di Jakarta Selatan itu, ia sudah biasa "bersih-bersih."
Waktu itu ia yang masih duduk di bangku SMP itu tinggal di Jalan Penegak, Matraman. Tidak cuma menyapu, menyaksikan aliran air di selokan sering dibikin macet oleh sampah yang menyumpal, dengan senang hati ia menyingsingkan lengan baju. "Jadi nyapu sama ngorek got," kata ketua advokasi Gereja HKBP Pusat yang tengah mewakili 204 orang calon peserta umrah Hannien Tour, yang menuntut penyelenggara umrah itu beserta direksinya.
IDRUS F. SHAHAB