BUSAN pada bulan Oktober adalah bandar persinggahan sineas dunia. Puluhan sutradara muda berbagai negara dijamu untuk meraut keahlian menggunakan kamera. Sebuah festival film internasional digelar. Pantai elok Haeundae disulap menjadi teater terbuka. Gigil malam musim gugur diadu dengan program dini hari Midnight Passion, yang selalu disesaki penonton. Kota karam dalam gerumun, ”Sudah punya tiket untuk film-film besok belum?”
Resep apa yang dilakukan kota terbesar kedua di Korea Selatan itu sehingga sukses dijuluki Cannes Asia hanya dalam penyelenggaraan tahun ke-11? Wartawan Tempo Akmal Nasery Basral mengikuti festival itu, lalu memaparkan ”rahasia” yang tak tersaji pada drama-drama populer Korea seperti Winter Sonata—bentuk tayangan yang kini justru mengharu-biru layar televisi kita.