TEMPO.CO, Washington - Berita soal laporan pencemaran nama baik hingga penyadapan oleh lembaga intelijen di dunia maya menghantui pengguna Internet.
Seiring dengan kasus ini, Pew Researh, sebuah lembaga riset global, menemukan bahwa pengguna Internet lebih suka menjadi anonim alias nama palsu. Dari riset yang digelar 11-14 Juli lalu pada 1.002 orang berusia 18 tahun ke atas itu ditemukan bahwa 86 persen pengguna Internet lebih suka jadi anonim.
Mereka ingin menghapus atau menutupi jejak di dunia maya. Bahkan mereka juga menghapus cookies (perekam) di peramban yang mereka gunakan agar tak terdeteksi. Selain itu, 55 persen pengguna Internet telah mengambil langkah-langkah untuk menghindari pengamatan oleh organisasi atau pemerintah tertentu.
Survei ini juga menemukan bahwa para pengguna Internet menemui masalah soal pencurian informasi personal. Ada 21 persen pengguna Internet yang akun jejaring sosial/e-mail-nya dicuri dan disalahgunakan. Bahkan ada 11 persen informasi personal, seperti kartu kredit, rekening bank, dan nomor jaminan sosial, yang dicuri.
Kerugian finansial juga menimpa 6 persen pengguna Internet. Mereka jadi korban penipuan dan kehilangan uang. Jumlah yang sama juga rusak reputasinya karena pembajakan akun. Imbas sampai ke bahaya fisik juga menimpa 4 persen pengguna Internet. "Bahaya dan akibat inilah yang membuat orang makin khawatir dan memilih jadi anonim," ujar Lee Rainie, Direktur Internet Proyek Pew Research Center, Kamis, 5 September 2013.
Faktor lain yang membuat pengguna ingin jadi anonim adalah melindungi diri dari hacker, pengiklan, dan menutup diri dari teman/keluarga.
NUR ROCHMI | PEW
Berita Terpopuler
Komnas Perempuan Dukung Ajang Miss World 2013
5 Cara Cegah Dimensia di Hari Tua
Pesatnya Penjualan Krim Ajaib
Mengoptimalkan Kecerdasan Anak
CC Cream, Krim Populer Korea Siap Masuk Indonesia
Pria Bisa Depresi Sesering Wanita