Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Para pengusaha hotel di Surabaya, Jawa Timur, meningkatkan pengamanan menyusul aksi teror bom Surabaya yang terjadi pada Minggu dan Senin, 13-14 Mei 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Marcom Manager JW Marriott Surabaya Josephine Lestyana mengatakan pengamanan yang diterapkan hotel sampai level tertinggi. Bahkan pengamanan juga dibantu aparat keamanan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Terkait dengan pengamanan, kami langsung tingkatkan dan berkoordinasi dengan aparat keamanan," ucapnya, Senin.
Mengenai imbas langsung terhadap tamu, Josephine menuturkan belum ada dampak khusus terhadap operasional. Selan itu, tamu yang membatalkan rencana menginap belum ada.
Peningkatan keamanan juga dilakukan Hotel Four Points, Singgasana Hotel, Harris Pop Hotel, dan Hotel Majapahit. Akses masuk-keluar kendaraan dan area sekitar diperketat guna meningkatkan kewaspadaan saat mengetahui hal mencurigakan.
Setiawan Nanang, Marcom Manager Harris Pop Hotel, mengatakan ada tambahan pengawasan terhadap tamu masuk-keluar dan barang bawaannya. "Imbas langsung belum ada. Ada tamu dari Singapura belum cancel," ujarnya.
Namun, ucap dia, dampak tamu walk in (reservasi langsung) bisa berkurang. Bila biasanya 60 kamar per malam, kemungkinan bisa turun hingga 30 kamar per malam.
Sementara itu, di Hotel Singgasana, sejumlah tamu grup pada Minggu, 13 Mei 2018, sempat panik dan minta pernyataan keamanan dari pihak hotel. "Kami mengimbau juga tamu melaporkan bila melihat hal mencurigakan dan mengganggu keamanan," kata PR Manager Singgasana Virtaloka.
Seperti diketahui, teror bom Surabaya terjadi di Gereja Santa Maria Tak Bercela sekitar pukul 07.15 WIB pada Minggu, 13 Mei 2018. Disusul kejadian serupa di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS), Jalan Arjuno, dan Gereja Kristen Indonesia (GKI), Jalan Diponegoro.