Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Di tengah kondisi industri tekstil yang sedang terpukul, Kementerian Perindustruan (Kemenperin) lewat Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) mengadakan pendidikan dan pelatihan kepada tenaga kerja industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Diklat ini merupakan respons terhadap Industri tekstil yang belakangan lesu. “Meskipun industri TPT sedang menghadapi tantangan, bukan berarti kita harus pesimis,” kata dia melalui keterangan tertulis, Kamis, 4 Juli 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala BPSDMI, Masrokhan, mengajak seluruh pelaku industri berkomitmen mengembangkan sumber daya industri yang unggul. Menurut dia, hal ini penting untuk menyambut bonus demografi. Pengembangan SDM itu dapat dilakukan dengan menyelenggarakan diklat-diklat bagi para tenaga kerja. “Bonus demografi ini harus dioptimalkan dengan baik, salah satunya dengan menyiapkan SDM yang terampil dan kompeten,” kata dia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Masrokhan mencontohkan, Balai Diklat Industri (BDI) Jakarta di bawah BPSDMI telah menyelenggarakan diklat berkolaborasi dengan PT Globalindo Intimates, sebuah perusahaan pakaian dalam wanita. Melalui diklat ini, dia berharap para peserta dapat menjadi tenaga kerja yang siap pakai dan mampu mengisi peluang kerja di industri TPT. “Hal ini akan berdampak positif pada peningkatan produktivitas dan daya saing industri tersebut,” kata dia.
Industri TPT dalam negeri belakangan memang lesu ditandai dengan masifnya gelombang pemutusan hubungan lerja (PHK). Selain itu, satu per satu perusahaan diketahui gulung tikar akibat menurunnya pendapatan. Senjakala industri TPT ini antara lain disebabkan oleh banjir produk tekstil impor, terutama dari Cina.
Untuk membendung banjir impor, pemerintah berencana memberlakukan Bea Masuk Anti-dumping (BMAD) dan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP). Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan juga menyebut akan mengenakan bea masuk produk impor dari Cina sebesar 200 persen.
HAN REVANDA PUTRA