Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Penerimaan Jeblok, Sri Mulyani Prediksi Defisit Anggaran Rp 853 T

Namun Sri Mulyani menyebutkan angka itu masih bisa berubah karena puncak Corona di Indonesia diperkirakan baru terjadi Mei nanti.

6 April 2020 | 15.35 WIB

Menkeu Sri Mulyani memberikan keterangan pers terkait laporan APBN 2019 di Jakarta, Selasa 7 Januari 2020. Menkeu menyatakan realisasi APBN 2019 masih terarah dan terkendali meskipun terjadi defisit sebesar Rp353 triliun atau sebesar 2,20 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Tempo/Tony Hartawan
Perbesar
Menkeu Sri Mulyani memberikan keterangan pers terkait laporan APBN 2019 di Jakarta, Selasa 7 Januari 2020. Menkeu menyatakan realisasi APBN 2019 masih terarah dan terkendali meskipun terjadi defisit sebesar Rp353 triliun atau sebesar 2,20 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memprediksi defisit anggaran bakal mencapai Rp 853 triliun atau 5,07 persen dari Produk Domestik Bruto atau PDB. Angka itu naik dari asumsi APBN yang hanya sebesar 1,76 persen atau sebesar Rp 307,2 triliun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Namun angka skenario ini masih bisa berubah. “Kami tidak katakan ini sudah pasti, karena kondisi ekonomi dan sosial terus bergerak,” kata Sri Mulyani dalam rapat virtual bersama Komisi Keuangan DPR di Jakarta, Senin, 6 April 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kenaikan defisit lebih dari 3 persen PDB ini sudah diakomodir dalam Perpu Nomor 1 Tahun 2020 yang diteken Presiden Joko Widodo atau 31 Maret 2020. Namun, angka ini masih bisa berubah karena puncak penyeberan virus Corona di Indonesia diperkirakan baru terjadi Mei nanti. “Lalu juga bagaimana kemampuan kita mengendalikan Covid,” kata Sri Mulyani.

Defisit Rp 853 triliun ini muncul karena outlook pendapatan negara hanya Rp 1.760,9 triliun, dari asumsi APBN sebesar Rp 2.233,2 triliun. Sementara outlook belanja negara sebesar Rp 2.613,8 triliun, dari asumsi APBN yang sebesar Rp 2.540,4 triliun.

Untuk menutupi defisit Rp 853 triliun ini, pemerintah membutuhkan pembiayaan utang Rp 654,5 triliun dan pembiayaan non-utang sebesar Rp 108,9 triliun. Untuk pembiayaan utang, pemerintah mengandalkan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar domestik dan global. 

Selain itu, Sri Mulyani juga membuka peluang untuk penarikan pinjaman dari lembaga multilateral dan bilateral. Namun ia memastikan pemerintah akan mencari sumber-sumber pembiayaan utang dengan biaya yang relatif murah dengan resiko yang terkendali.

Untuk menutup defisit, pemerintah mengandalkan pembiayaan non pembiayaan non utang dari Saldo Anggaran Lebih (SAL), dana abadi pemerintah, dan dana lain yang bersumber dari Badan Layanan Umum (BLU). “Kami akan mempertimbangkan untuk menggunakan seluruh dana abadi pemerintah,” kata Sri Mulyani.

Fajar Pebrianto

Meliput isu-isu hukum, korupsi, dan kriminal. Lulus dari Universitas Bakrie pada 2017. Sambil memimpin majalah kampus "Basmala", bergabung dengan Tempo sebagai wartawan magang pada 2015. Mengikuti Indo-Pacific Business Journalism and Training Forum 2019 di Thailand.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus