Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Presiden Jokowi: Indonesia Jangan Dijadikan Pasar  

Jokowi mengakui masih ada berbagai hambatan investasi di Indonesia, tapi pemerintahannya memiliki komitmen yang kuat untuk melakukan perbaikan.

24 Maret 2015 | 12.49 WIB

Presiden Joko Widodo (kiri), berjabat tangan dengan PM Jepang, Shinzo Abe, dalam pertemuan di Tokyo, 23 Maret 2015. Selain hadiri penandatanganan kerjasama pertahanan kedua negara, Jokowi juga berkomentar terkait klaim Cina atas laut Cina Selatan dan coba
material-symbols:fullscreenPerbesar
Presiden Joko Widodo (kiri), berjabat tangan dengan PM Jepang, Shinzo Abe, dalam pertemuan di Tokyo, 23 Maret 2015. Selain hadiri penandatanganan kerjasama pertahanan kedua negara, Jokowi juga berkomentar terkait klaim Cina atas laut Cina Selatan dan coba

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Jepang untuk tidak sekadar menjadikan Indonesia sebagai pasar, tetapi juga basis produksi yang strategis. Penegasan ini disampaikan Presiden Jokowi dalam collective courtesy call dan forum bisnis dengan para pengusaha Jepang dan kepala lembaga pemerintahan negara itu di Hotel New Otani Tokyo, Selasa, 24 Maret 2015.

"Saya minta agar Indonesia tidak jadi pasar, tapi basis produksi, baik itu komponen otomotif, elektronik, mobil. Semua yang berorientasi ekspor," kata Jokowi.

Menurut Jokowi, jika hal itu menjadi perhatian serius para pengusaha di Jepang yang ingin berinvestasi di Indonesia, maka Jokowi berjanji akan membantu dan menindaklanjuti persoalan di lapangan.

Pada kesempatan itu Jokowi juga berjanji akan menindaklanjuti keluhan yang disampaikan investor Jepang yang sudah berinvestasi di Indonesia serta mereka yang baru berencana menanamkan modalnya di Indonesia.

Jokowi mengakui masih ada berbagai hambatan investasi di Indonesia, tapi pemerintahannya memiliki komitmen yang kuat untuk melakukan perbaikan.

"Indonesia ingin produk-produk yang ada bisa diekspor bukan sebagai barang mentah, melainkan barang jadi atau barang setengah jadi," kata Jokowi.

Jokowi yakin Jepang memiliki pengalaman dan teknologi dalam hal itu sehingga dapat membantu Indonesia untuk mewujudkannya.

Pada pertemuan itu Jokowi didampingi Menko Perekonomian Sofyan Djalil, Menteri BUMN Rini Soemarno, Menlu Retno Marsudi, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel, Seskab Andi Widjajanto, Ketua BKPM Franky Sibarani, dan Ketua Kadin Indonesia Suryo Bambang Sulisto.

Collective Courtesy Call itu dihadiri oleh asosiasi bisnis dan lembaga pemerintah Jepang, yakni Japinda, Duta Besar Jepang ke Indonesia, Keidanren, Kadin Jepang, Jetro, Friendship Exchange Council, dan chairman dari sejumlah perusahaan besar di Jepang.

Sejumlah pengusaha yang bergabung dalam pertemuan itu adalah CEO Hitachi, Daihatsu Motor Corp, IHI Corp, Inpex, Itochu, J-Power, JX Nippon Oil and Energy, Marubeni, Nikkei Inc, Sumitomo Corp, Ajinomoto, Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ, Honda, JFE Steel, J-Trust, Mitsubishi Corp, NEC, Panasonic Corp, SMBC, dan Sojitz.

Pertemuan itu merupakan rangkaian acara dalam kunjungan kenegaraan Presiden ke Jepang pada 22-25 Maret 2015.

ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Widiarsi Agustina

Widiarsi Agustina

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus