Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Rekam Jejak Sakti Wahyu Trenggono yang Jadi Menteri Kelautan dan Perikanan

Presiden Jokowi mengumumkan Sakti Wahyu Trenggono sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan baru. Seperti apa rekam jejak Wahyu Trenggono?

22 Desember 2020 | 16.06 WIB

Wakil Menteri Pertahanan, Sakti Wahyu Trenggono saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi I DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu, 23 September 2020. Menteri Pertahanan Prabowo Subianto tidak terlihat karena tengah menghadiri rapat terbatas. TEMPO/M Taufan Rengganis
Perbesar
Wakil Menteri Pertahanan, Sakti Wahyu Trenggono saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi I DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu, 23 September 2020. Menteri Pertahanan Prabowo Subianto tidak terlihat karena tengah menghadiri rapat terbatas. TEMPO/M Taufan Rengganis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengumumkan Sakti Wahyu Trenggono sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan yang baru. Trenggono menggantikan Edhy Prabowo, eks menteri dari Partai Gerindra yang mundur setelah ditetapkan menjadi tersangka dalam kasus ekspor benih lobster.

"Pada sore hari yang berbahagia ini, bersama Bapak Wakil Presiden ingin mengumumkan menteri-menteri baru yang akan duduk di anggota kabinet Indonesia Maju," kata Jokowi pada Selasa, 22 Desember 2020.

Trenggono sebelumnya menjabat sebagai Wakil Menteri Pertahanan di Kabinet Indonesia Maju. Wahyu mendampingi Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra yang menjadi orang dekat Edhy Prabowo.

Sebelum masuk kabinet Jokowi, Trenggono dikenal sebagai pengusaha di bidang telekomunikasi. Dia bahkan dijuluki sebagai Raja Menara.

Trenggono merupakan lulusan Manajemen Informatika Universitas Bina Nusantara. Dia menamatkan studi masternya di Teknik Industri Universitas Indonesia dan Manajemen Bisnis Institut Teknologi Bandung.

Pria kelahiran Semarang, 3 November 1962 ini memulai bisnis penjualan perangkat telekomunikasi melalui perusahaan yang didirikannya dengan Abdul Satar dan Abdul Erwin, PT Solusindo Kreasi Pratama.

Namun Trenggono kemudian beralih fokus ke bisnis penyewaan menara base transceiver dengan mendirikan PT Indonesian Tower. Usaha Trenggono mulai tampak bersinar sewaktu mereka melakukan penawaran saham perdana (IPO) ke publik delapan tahun kemudian.

Nilai perusahaannya melejit menjadi US$ 1,5 miliar atau kurang-lebih Rp 18 triliun. Lalu, pada 2012, menurut dia, seperti dikutip dari Majalah Tempo edisi 17 November 2014, valuasi usahanya berlipat jadi US$ 3 miliar, setelah ia mengambil alih 2.500 tower dari PT Indosat.

Dikutip dari Majalah Tempo edisi 17 November 2014, lompatan prestasi di ladang bisnis itu terjadi seiring dengan meluasnya penjelajahan Trenggono di kancah politik. Pada Januari 2010, ia bergabung dengan Partai Amanat Nasional sebagai bendahara, pada saat Hatta Rajasa menakhodai partai biru berlambang matahari itu. Namanya pun mulai dikaitkan dengan Hatta, yang waktu itu juga menjabat Menteri Koordinator Perekonomian.

Trenggono makin sering disebut dalam proyek berbasis tower yang ada di PT Telkom Tbk. Salah satu yang santer terdengar adalah rencana penjualan anak usaha Telkom, PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel), kepada PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. Bukan kebetulan, karena Tower Bersama kemudian menjadi induk dari perusahaan milik Trenggono, setelah keduanya melakukan merger pada 2010.

Trenggono mulai tak aktif di PAN pada 2013. Namun, dia kemudian bergabung menjadi tim sukses pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla di pemilihan presiden 2014. Kabar ini sempat mengejutkan dan menjadi bahan gunjingan. Sebab, bukan hanya sebagai penggembira, peran Trenggono terhitung strategis di kubu yang jadi lawan PAN, partai tempat ia pernah menjabat sebagai bendahara.

Dia banyak mengurus masalah logistik dan pendanaan dalam tim sukses. Bahkan, setelah Jokowi-Kalla terpilih, kiprah Trenggono masih berlanjut melalui posisinya di Tim Transisi. Di sana, ia kembali mendapat peran penting dengan memimpin satuan tugas khusus bersama putra Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, yakni Prananda Prabowo.

"Tugas saya mengatur blusukan selama masa transisi: daerah mana saja yang harus dikunjungi dan apa masalahnya," kata Trenggono dikutip dari Majalah Tempo edisi 17 November 2014.

Jauh sebelum berbisnis di bidang telekomunikasi, Trenggono adalah karyawan di Federal Motor, sekarang Astra Honda Motor. Selama enam tahun, dia membenahi sistem teknologi informasi, manufaktur, distribusi, dan strategi korporat. Di Astra, Trenggono merupakan teman seangkatan Rini Soemarno (kelak menjadi Menteri BUMN periode 2014-2019).

Hubungan dengan Astra itu pula yang membantunya pada waktu ia memutuskan bergabung dengan PT Tower Bersama, yang salah satu pemiliknya adalah Edwin Soeryadjaya, putra pendiri PT Astra.

Trenggono saat ini masih menjabat sebagai Komisaris Utama PT Solusindo Kreasi Pratama. Salah satu anak perusahaannya, PT Tower Bersama Infrastruktur merupakan penyedia infrastruktur menara telekomunikasi yang memiliki lebih dari 14.000 menara.

Di perhelatan pemilihan presiden 2019, Sakti Wahyu Trenggono menjadi Bendahara Umum Tim Kampanye Nasional Jokowi - Ma'ruf. Nama Trenggono awalnya juga disebut-sebut menjadi calon Menteri BUMN, posisi yang kini diisi Erick Thohir, mantan Ketua TKN Jokowi-Ma'ruf.

MAJALAH TEMPO

Baca juga: Reshuffle: Sandiaga Uno Menteri Pariwisata, Wahyu Trenggono Menteri Kelautan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Fajar Pebrianto

Meliput isu-isu hukum, korupsi, dan kriminal. Lulus dari Universitas Bakrie pada 2017. Sambil memimpin majalah kampus "Basmala", bergabung dengan Tempo sebagai wartawan magang pada 2015. Mengikuti Indo-Pacific Business Journalism and Training Forum 2019 di Thailand.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus