Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Mata uang rupiah menutup perdagangan Selasa sore, 18 Oktober 2022, dengan menguat 24 poin, walaupun sebelumnya sempat menguat 35 poin di level Rp 15.464 dari penutupan sebelumnya di level Rp 15.487.
“Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 15.440 hingga Rp 15.490 per dolar AS,” ujar Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, dalam keterangannya, Selasa, 18 Oktober 2022.
Sejalan dengan penguatan rupiah, nilai dolar pun mengalami pelemahan. Ibrahim menyebut pelemahan dolar terjadi setelah menteri keuangan baru Inggris membuang sebagian besar “anggaran mini” pemerintah. Sementara pendapatan yang lebih baik dari yang diharapkan dari Bank of America membantu meningkatkan selera risiko.
Jeremy Hunt yang dtitunjuk sebagai menteri keuangan oleh Perdana Menteri Liz Truss pada Jumat, lanjut Ibrahim, membalikkan petak "anggaran mini" 45 miliar pound yang memicu gejolak pasar di mana pound mencapai rekor terendah dan Bank of England terpaksa melakukan intervensi.
“Sentimen risiko juga membaik setelah Bank of America melaporkan penurunan laba kuartalan yang lebih kecil dari perkiraan dan mengatakan bahwa pengeluaran klien konsumen AS tetap kuat, bahkan jika melambat,” ujar Ibrahim.
Lebih lanjut, Ibrahim mengatakan Federal Reserve telah mengisyaratkan bahwa suku bunga akan mengakhiri tahun pada tingkat yang lebih tinggi daripada yang terlihat selama krisis keuangan 2008—di tengah memburuknya prospek ekonomi. “Pasar memperkirakan kemungkinan hampir 100 persen bahwa Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada bulan November, kenaikan ketiga berturut-turu,” ungkap Ibrahim.
Sementara itu, Cina baru-baru ini mengisyaratkan bahwa mereka tidak berniat menghapus kebijakan nol-COVID, yang telah sangat mengganggu aktivitas manufaktur tahun ini. Praktis, kata Ibrahim, langkah itu menimbulkan lebih banyak ketidakpastian atas masa depan ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Namun, dia menyebut negara itu juga mempertahankan sikap kebijakan moneternya yang akomodatif. “Sambil menguraikan lebih banyak langkah-langkah stimulus untuk membantu mendukung pertumbuhan,” ujarnya.
Baca Juga: Nilai Tukar Rupiah Masih Lesu Darah, Ditutup Melemah di Level 15.487
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini