Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Saham Facebook anjlok hingga lima persen atau US$ 25 triliun setara dengan Rp 344,02 triliun. Anjloknya saham Facebook tersebut akibat dugaan skandal peretasan data penggunanya oleh Cambridge Analytica.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Cambridge Analytica dikabarkan menggunakan informasi pengguna Facebook terkait pemilihan Presiden Amerika Serikat pada 2017 lalu. Kabar yang melanda raksasa internet tersebut tengah menghebohkan publik sejak pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Merosotnya saham Facebook ini merupakan yang terbesar dalam indeks Standard and Poor’s 500 dan Nasdaq 100. Meski mayoritas saham di AS tengah turun, saham Facebook mengalami penurunan yang cukup ekstrim.
Salah satu analis Wall Stret mengatakan, anjloknya saham Facebook dapat menyebabkan resiko sistemik. Kebocoran data pengguna Facebook juga akan mendorong adanya pengawasan lebih ketat terhadap situs jejaring sosial tersebut.
“Kasus ini bisa menimbulkan resiko sistemik bagi Facebook,” ucap Brian Wieser, salah satu nalais di Pivotal Research seperti dilansir dari The Independent pada Selasa, 20 Maret 2018.
Dilansir Bloomberg, Jaringan sosial terbesar di dunia ini mengatakan pada Jumat (16/3) bahwa Cambridge Analytica, perusahaan periklanan data yang membantu Donald Trump memenangkan kepresidenan AS, menerima data pengguna melalui pengembang aplikasi di jejaring sosialnya. Hal ini melanggar kebijakan Facebook.
New York Times melaporkan pada hari Sabtu bahwa informasi pribadi dari 50 juta lebih pengguna Facebook secara tidak berada di tangan Cambridge Analytica, dan informasinya belum dihapus meski ada tuntutan Facebook mulai tahun 2015.
Sebanyak 270.000 orang mengizinkan penggunaan data mereka oleh seorang peneliti, yang juga menghapus data dari semua teman mereka, sebuah langkah yang diizinkan oleh Facebook sampai tahun 2015. Peneliti menjual data tersebut ke Cambridge, yang bertentangan dengan peraturan Facebook, kata surat kabar tersebut.
Presiden Parlemen Eropa, Mark Schulz, mengatakan bahwa pihaknya dan Dewan Uni Eropa akan melakukan investigasi terkait penyalahgunaan data pengguna Facebook ini. Menurut Mark, jika terbukti benar, kasus ini merupakan pelanggaran fatal terhadap hak atas privasi masyarakat.
Januari lalu, saham Facebook juga sempat merosot 4,5 persen usai adanya pemberitahuan perubahan fitur news feed yang dianggap dapat menarik para penggunanya.
THE INDEPENDENT | BISNIS.COM | ZARA AMELIA