Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Film Crazy Rich Asian yang muncul belakangan ini memunculkan tagar #CrazyRichSurabayan. Warganet pun semakin meramaikan adanya tagar tersebut atau viral.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satunya akun @stupiditySilent yang menulis “Setelah baca #crazyrichsurabayan i can relate tho. Pernah ketemu beberapa anak usia 20an bawa moge yg harganya bisa beli 2-3 avanza. Dengan santai cerita masih ada 5 moge yg lebih mahal di rumah. ‘ndek rumah ada 5 lagi ko, main ae ke rumah buat poto2’,” kata dia 13 September 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance atau Indef Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, Surabaya merupakan pusat ekonomi terbesar kedua setelah Jakarta. Menurut Bhima, pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur pada Triwulan II-2018 tumbuh sebesar 5,57 persen bila dibandingkan Triwulan II-2017.
Angka tersebut meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu 5,46 persen. “Pertumbuhan ini juga jauh melebihi rata rata nasional yakni 5,27 persen di periode yang sama,” kata Bhima saat dihubungi Tempo, Senin, 17 September 2018.
Bhima menjelaskan dari sisi produksi pertumbuhan tertinggi terjadi pada Lapangan Usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 8,56 persen. Hal itu menunjukkan bahwa sektor wisata, tempat nongkrong, pusat perbelanjaan di Jawa Timur khususnya Surabaya berkembang pesat.
Surabaya juga menjadi salah satu pusat industri manufaktur terbesar di Indonesia. Bhima mengatakan berdasarkan data BPS tahun 2017 jumlah industri besar sedang di Surabaya adalah 873 unit dan menyerap 152 ribu total tenaga kerja. Sedangkan dari sisi investasi PMA tahun 2017 yang masuk ke Surabaya US$ 166 juta atau Rp 2,3 triliun.
“Untuk data pengeluaran khusus Surabaya memang tidak dipublish oleh BPS. Tapi kita bisa bandingkan Jawa Timur,” kata Bhima.