Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Adystra Bimo Herayanto terkejut ketika mendapati kadar kolesterol dalam darahnya mencapai angka 320 pada awal November tahun lalu. Pelari berusia 32 tahun itu heran rutinitasnya dalam berolahraga tidak berdampak pada kadar kolesterol yang jauh dari angka normal. “Gue sebenarnya bukan tipe orang yang suka cek kesehatan. Gue terlalu overconfident. Tapi ternyata, setelah dicek, angkanya tinggi banget, bahkan sampai high risk,” kata dia kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bimo adalah salah satu olahragawan yang menerima tantangan Game Changers yang diadakan Jakarta Vegan Guide, November tahun lalu. Di situ, pendiri Runhood, kanal dan tempat berkumpul bagi penggemar lari Indonesia, ini baru menyadari bahwa faktor genetik membuatnya mengalami gangguan kolesterol. Ia pun mengikuti tantangan Game Changers dengan melakukan diet vegan selama enam pekan sejak 1 November. “Treatment itu memicu gue melakukan plant-based diet.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melalui tantangan Game Changers, Bimo mengetahui bahwa ada film dokumenter berjudul serupa yang bercerita tentang keuntungan diet vegan bagi atlet. Film yang dirilis pada 2018 dan disutradarai Louie Psihoyos ini menjadi inspirasi Bimo untuk meningkatkan performanya sebagai pelari. Terakhir, film itu diputar dalam acara The Game Changers, Challenge and Movie Screening, di Jakarta, 11 Januari lalu. “Awalnya memang skeptis, bisa enggak, ya, makan tanpa daging tapi performa tetap dapat,” ujarnya. Bimo pun merasa mendapat momentum.
Tantangan diet selama enam pekan itu berakhir. Badannya terasa lebih ringan. Bimo merasakan perbedaan ketika menjalani ultra-marathon sejauh 71 kilometer. Menempuh rute Wonogiri, Jawa Tengah, dan Ponorogo, Jawa Timur, dia merasakan energi yang tak mudah habis dan pemulihan yang lebih cepat dari biasanya. “Biasanya, habis maraton, gua enggak bisa jalan dan badan terasa panas. Tapi kemarin mengejutkan. Habis maraton, badan gue tetap terasa enak,” tutur Bimo.
Benefit itulah yang memicunya meneruskan diet vegan. Hasilnya, kadar kolesterolnya mulai turun ke angka 231, mendekati angka normal yang berkisar 160-200 miligram.
Sebagaimana vegan pada umumnya, Bimo mulai meninggalkan makanan berbahan dasar hewani, begitu juga produk turunannya. Ia meninggalkan kebiasaannya makan mi ramen dan nasi campur daging babi, dan menerapkan pola makan yang diajarkan oleh Jakarta Vegan Guide dan Burgreens. Sayuran segar dan buah-buahan menjadi menu wajib dalam setiap makanannya. “Di Indonesia, makanan utamanya kebanyakan tempe dan tahu, sehingga asupan protein enggak ada masalah. Yang memang menantang itu vitamin B12, gue pakai suplemen.”
Untuk menjaga pola makannya, Bimo memutuskan untuk berlangganan katering di beberapa restoran vegan buat memenuhi kebutuhan harian. Misalnya, dia memilih menu vegan di Kedai Vege dan Rumah Makan Karisma. “Saya periksa lagi, grafik kolesterol mulai turun. Dari strength, endurance, dan performance gua mulai naik,” kata dia. Pada Oktober mendatang, Bimo akan menguji hasil diet vegannya melalui perhelatan Chicago Marathon sejauh 42 kilometer. Di sana, ia memiliki target memecahkan rekor pribadinya dengan lari selama 3 jam 33 menit.
KORAN TEMPO