Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kriminal

18 Tahun Setelah Kerusuhan Mei, Ini Permintaan Keluarga Korban

Keluarga korban kerusuhan Mei 1998 setia tahun mendatangi lokasi kebakaran yang menewaskan anggota keluarganya di Citra Mall, Klender.

14 Mei 2016 | 15.35 WIB

Suasana Ruko Mall Klender, tempat kejadian kerusuhan 1998 dan kebakaran Yogya Plaza (sekarang Mall Citra), 13 Mei 2016. TEMPO/Tane Hadiyantono
Perbesar
Suasana Ruko Mall Klender, tempat kejadian kerusuhan 1998 dan kebakaran Yogya Plaza (sekarang Mall Citra), 13 Mei 2016. TEMPO/Tane Hadiyantono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Keluarga korban kerusuhan Mei 1998 setia tahun mendatangi lokasi kebakaran yang menewaskan anggota keluarganya di Citra Mall, Klender, Jakarta Timur.

Ruyati Darwin, 70 tahun, mengatakan doa bersama yang dilanjutkan dengan tabur bunga itu dimulai sejak setahun setelah peristiwa itu, yakni 1999.

Menurut Ruyati, sebetulnya keluarga korban sudah lelah meminta perlindungan pemerintah terkait dengan peristiwa ini. Ia menagih janji Presiden Joko Widodo yang ingin menuntaskan kejadian kebakaran dan kerusuhan tersebut.

"Sudah 18 tahun, tapi kasus ini belum terang," kata Ruyati, Sabtu, 14 Mei 2016. Ruyati kehilangan Eten Karyana, putra sulungnya yang pernah belajar di Fakultas Sastra Prancis Universitas Indonesia.

Dalam peringatan tragedi kekerasan Mei 1998 yang ke-18 ini, masyarakat dan keluarga korban meminta tiga hal kepada pemerintah dan wakil rakyat.

Pertama, mereka meminta kebenaran atas kejadian ini diungkap seterang-terangnya. "Kebenaran atas tragedi ini adalah hak bagi keluarga korban dan seluruh warga negara," kata Rini Pratsnawati, Project Officer Pengembangan Sumber Daya Hak Asasi Manusia Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat.

Kedua, keluarga korban meminta peristiwa ini dijadikan sebagai titik tolak demokratisasi di Indonesia. Menurut Rini, jangan sampai warga negara kembali dikekang hak dan kebebasannya, misalnya hak berorganisasi dan berekspresi.

Ketiga, mereka meminta apa yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam merawat situs kekerasan 1998 di Tempat Pemakaman Umum Pondok Ranggon, Jakarta Timur, juga diterapkan di tempat-tempat lain yang mengalami hal serupa.

Aktivis yang tergabung dalam panitia peringatan kekerasan Mei 1998 juga meminta pemulihan nama baik bagi korban yang disalahkan oleh negara.

Peristiwa kerusuhan dan kekerasan pada 13, 14, dan 15 Mei 1998 diperkirakan merenggut ribuan nyawa. Hasil investigasi Kontras yang disiarkan pada 2014 mencatat ada 1.190 orang tewas dan 27 orang terluka akibat senjata tajam.

Mal Klender adalah salah satu tempat kerusuhan yang parah. Mal yang dulu dikenal sebagai Yogya Plaza Klender waktu itu dijarah dan dibakar. Ratusan orang yang berada di dalamnya terperangkap dan terbakar hidup-hidup.

REZKI ALVIONITASARI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Grace gandhi

Grace gandhi

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus