Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Selat Hormuz adalah jalur paling penting pengiriman minyak dunia, yang terbentang dari Teluk Arabia dan Teluk Oman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selat Hormuz sepanjang 39 kilometer adalah satu-satunya jalur terbuka ke laut untuk pengiriman seperenam produksi minyak dan sepertiga gas alam cair dunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Insiden terbaru tentang serangan ke dua kapal tanker menjadi momok bagaimana suplai minyak dunia bisa terganggu, yang akan berdampak energi global.
1. Geografi Selat Hormuz
Menurut laporan Al Jazeera, yang dikutip pada 14 Juni 2019, Selat Hormuz terbentang antara Oman dan Iran, menghubungkan terusan laut dari negara-negara teluk, yakni Irak, Kuwait, Arab Saudi, Bahrain, Qatar, dan Uni Emirat Arab. Ini adalah satu-satunya jalur laut yang menghubungkan negara Teluk dengan Laut Arabia dan terus berlayar ke perairan dunia.
Meskipun titik tersempit di selat selebar 33 kilometer, namun jalur pelayaran yang bisa dilewati kapal kargo di kedua arah hanya selebar 3 km.
Selat Hormuz terlihat dari stasiun ruang angkasa. AP/NASA
2. Jalur strategis negara Teluk
Selat Hormuz adalah satu-satunya jalur laut untuk mengirim kargo ke dunia luar. Karenanya, Uni Emirat Arab dan Arab Saudi membangun lebih banyak pipa minyak untuk mengalihkan masalah jalur laut.
Sekitar seperenam pasokan minyak dunia dikirim lewat Selat Hormuz dengan total 17,2 juta barel per hari.
Jumlah ini termasuk sebagian besar minyak dari anggota OPEC seperti Arab Saudi, Iran, UEA dan Kuwait. Qatar, eksportir gas alam cair terbesar dunia, juga mengirim sebagian besar gas-nya melalui selat.
3. Kehadiran militer dan sejarah konflik di selat
Amerika Serikat menempatkan Armada ke-5 yang bermarkas di Manama, Bahrain, untuk melindungi jalur pengiriman maritim di Selat Hormuz.
Sejarah mencatat Selat Hormuz pernah dilanda pertempuran. Selama Perang Irak-Iran 1980-an, dua negara saling mengganggu pengiriman minyak melalui selat.
Pada 1988, kapal perang AS USS Vincennes menembak jatuh pesawat sipil Iran yang menewaskan 290 orang. AS mengklaim itu adalah kecelakaan.
Pada 2010, kapal tanker minyak milik Jepang diserang oleh kelompok Al Qaeda.
Kepulan asap hitam membumbung tinggi dari sebuah kapal tanker terbakar di perairan Teluk Oman, 13 Juni 2019. Dua kapal tanker mendapatkan serangan tak teridentifikasi saat melintas di Teluk Oman. ISNA/Handout via REUTERS
Pada awal 2012, Iran mengancam akan mengganggu kapal yang berlayar melalui selat itu sebagai balasan atas sanksi AS dan Eropa yang menargetkan penjualan minyaknya.
Upaya Barat adalah bagian dari program bersama untuk menghentikan Teheran dari mengembangkan senjata nuklir.
Pemerintah Iran telah mengancam akan menyebabkan masalah bagi kapal tanker minyak di Selat Hormuz, sebagai tanggapan atas embargo minyak Iran.
Pada Juli 2018, Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan bahwa negaranya mampu mengganggu kapal tanker minyak yang melewati selat, setelah AS berusaha membatasi pendapatan minyak Iran.
Kemudian pada Mei 2019, empat kapal, termasuk dua kapal tanker minyak Arab Saudi, diserang di dekat Fujairah tepat di seberang selat.
Pada 13 Juni, serangan terhadap dua kapal tanker minyak di Teluk Oman menimbulkan kekhawatiran tentang pasokan minyak global dan pertanyaan baru tentang keamanan pengiriman minyak melalui Selat Hormuz.