Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu bank sperma terbesar Cina menetapkan bahwa calon pemberi dan penerima donor harus memiliki ideologi komunis yang kuat sebagai bagian dari proses penyaringan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Peking University Third Hospital mendeklarasikan melalui akun WeChat resminya pada Rabu, 4 April 2018. Para pelamar harus memiliki kualitas ideologis yang baik selain pemeriksaan kesehatan.
Baca: Anggota Partai Komunis Cina Dilarang Memeluk Agama
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Mereka harus mencintai tanah air sosialis, mendukung kepemimpinan Partai Komunis, setia pada tujuan partai dan menjadi warga negara yang taat hukum, bebas dari masalah politik," demikian pernyataan Peking University Third Hospital.
Pernyataan itu juga menjanjikan pembayaran sebesar 5500 yuan atau Rp 12 juta bagi para pelamar yang berhasil lulus dalam dua tes medis, yakni penilaian kualitas sperma dan kesehatan umum.
Baca: Bagaimana Cara Sekolah Dasar Cina Ajarkan Komunisme?
Persyaratan lainnya menyebutkan, pria pendonor harus berusia antara 20 hingga 45 tahun dan bebas dari penyakit genetik atau penyakit infeksi lainnya atau menunjukkan tanda-tanda masalah berat badan, buta warna, atau kerontokan rambut. Namun tidak ada rincian pasti tentang bagaimana rumah sakit akan memverifikasi apakah donor memenuhi persyaratan politik.
Persyaratan kontroversial itu telah memancing komentar sarkastik oleh pengguna Internet Cina.
Baca: Bosan Miskin, Warga Cina Ganti Poster Yesus dengan Xi Jinping
"Cinta untuk partai dimulai dengan sperma," tulis seorang komenter di WeChat, seperti dilansir Daily Mail pada 6 April 2018.
"Mungkin mereka belum belajar biologi. Sifat yang didapat tidak dapat diturunkan," demikian tulis netizen lainnya di Weibo.
Peking University Third Hospital adalah rumah sakit umum yang berafiliasi dengan universitas elit yang dianggap sebagai Harvard-nya Cina. Cina hanya memiliki 23 bank sperma yang menurut Komisi Kesehatan Nasional banyak di antaranya mengalami kekurangan donor.