Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Dirawat, Lee Kuan Yew Pakai Alat Bantu Napas

Para dokter telah memberinya antibiotik dan terus mengawasinya.

27 Februari 2015 | 05.41 WIB

Megawati Soekarnoputri bersama Lee Kuan Yew. facebook.com
Perbesar
Megawati Soekarnoputri bersama Lee Kuan Yew. facebook.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO , Singapura: Lee Kuan Yew, mantan Perdana Menteri Singapura, harus memakai alat bantu pernapasan di unit perawatan intensif Singapore General Hospital pada Kamis, 26 Februari 2015.

Kakek 91 tahun itu masuk rumah sakit sejak 5 Februari lalu karena menderita pneumonia. "Para dokter telah memberinya antibiotik dan terus mengawasinya," demikian pernyataan dari Kantor Perdana Menteri Singapura.

Pernyataan itu keluar setelah tersebar rumor di media sosial bahwa Lee telah meninggal pada Rabu malam.

Lee telah mundur dari panggung politik, tapi kesehatannya terus dipantau karena dia masih dipandang sebagai tokoh yang berpengaruh di pemerintahan sekarang, yang dipegang Perdana Menteri Lee Hsien Loong, putra sulungnya.

Lee dianggap sebagai tokoh yang telah membangun Singapura menjadi salah satu negara terkaya di dunia. Dia adalah pendiri People’s Action Party, yang berkuasa di Singapura sejak 1959.

Dalam buku yang terbit pada 2013, Lee mengaku merasa semakin lemah dari hari ke hari dan ingin segera mati.

Selama Tahun Baru Cina pada 2014 Lee masuk rumah sakit karena demam dan batuk. Pada 2013 dia masuk rumah sakit karena transient ischaemic attack, stroke ringan akibat penyempitan sesaat pembuluh darah otak, seperti yang pernah mendera Presiden Sukarno.

THE GUARDIAN

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Iwan Kurniawan

Iwan Kurniawan

Sarjana Filsafat dari Universitas Gadjah Mada (1998) dan Master Ilmu Komunikasi dari Universitas Paramadina (2020. Bergabung di Tempo sejak 2001. Meliput berbagai topik, termasuk politik, sains, seni, gaya hidup, dan isu internasional.

Di ranah sastra dia menjadi kurator sastra di Koran Tempo, co-founder Yayasan Mutimedia Sastra, turut menggagas Festival Sastra Bengkulu, dan kurator sejumlah buku kumpulan puisi. Puisi dan cerita pendeknya tersebar di sejumlah media dan antologi sastra.

Dia menulis buku Semiologi Roland Bhartes (2001), Isu-isu Internasional Dewasa Ini: Dari Perang, Hak Asasi Manusia, hingga Pemanasan Global (2008), dan Empat Menyemai Gambut: Praktik-praktik Revitalisasi Ekonomi di Desa Peduli Gambut (2020).

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus