Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Kolombia dan Tentara Pembebasan Nasional (ELN) – salah satu kelompok gerilya tertua dan terbesar yang masih beroperasi di negara itu – telah sepakat untuk menerapkan gencatan senjata bilateral selama enam bulan mulai 3 Agustus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perjanjian tersebut dibuat setelah berbulan-bulan negosiasi pribadi di Kuba, Meksiko, dan Venezuela. Perjanjian ini telah diratifikasi pada Jumat 4 Agustus 2023 dalam sebuah upacara di Havana yang dipimpin oleh Presiden Kolombia Gustavo Petro, timpalannya dari Kuba Miguel Diaz-Canel dan kepala komandan ELN, yang dikenal dengan 'Antonio García.'
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Presiden Kolombia Gustavo Petro bertemu dengan para pemimpin kelompok pemberontak ELN di Bogota untuk pertama kalinya, saat gencatan senjata enam bulan diberlakukan.
"Tidak pernah sebelumnya dalam sejarah modern, ELN berada dalam posisi ini, berbicara dari jantung Kolombia," kata Petro kepada ratusan orang pada Kamis, termasuk petani, komunitas adat, perwakilan militer dan masyarakat sipil.
"Tindakan ini, yang disaksikan oleh ribuan pria dan wanita Kolombia di televisi, mulai membangkitkan harapan," ujar Petro, yang telah menghadiri negosiasi dengan ELN di Meksiko, Venezuela, dan Kuba, di mana gencatan senjata disepakati pada bulan Juni.
Pemerintah Kolombia melanjutkan pembicaraan damai dengan ELN setelah Petro terpilih setahun lalu, saat pemimpin sayap kiri itu berusaha mengakhiri konflik bersenjata puluhan tahun dengan kelompok pemberontak.
Kedua belah pihak juga berjanji untuk mengadakan negosiasi lebih lanjut di Venezuela mulai Agustus. Kuba, Meksiko, Norwegia, dan Venezuela telah bertindak sebagai “penjamin” untuk pembicaraan damai, bersama PBB dan gereja Katolik Kolombia.
Pemerintah Kolombia dan ELN telah terlibat dalam negosiasi damai setidaknya sejak 2012.
“Namun, gencatan senjata enam bulan yang disepakati pada Jumat adalah kesepakatan terlama sejak kelompok gerilya dibentuk pada 1963,” kata kepala negosiator ELN yang dikenal dengan nama aliasnya 'Pablo Beltran.'
Beltran, mengatakan ini adalah kunjungan pertamanya ke Bogota dalam 31 tahun.
Pemimpin pemberontak itu menghabiskan sebagian besar hidupnya bersembunyi di Kolombia, tetapi sebagian besar tinggal di Kuba sejak pembicaraan damai sebelumnya dibatalkan pada 2019.
Beltran mengatakan, kehadiran Petro dalam pertemuan tersebut merupakan tanda itikad baik pemerintah.
"Kami melihat ini sebagai komitmennya terhadap proses perdamaian, kami melihatnya sebagai itikad baik," kata pemberontak berusia 69 tahun itu.
Pada Januari 2019, Presiden Kolombia saat itu Ivan Duque menangguhkan pembicaraan damai setelah ELN membunuh 22 kadet polisi dalam serangan terhadap akademi polisi nasional di Bogota, Kolombia.
Kesepakatan hari Jumat berbeda dengan kesepakatan perdamaian bersejarah 2016 antara pemerintah Kolombia dan Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia – FARC, kelompok gerilya lain yang beroperasi di negara itu sejak 1960-an dan dibubarkan pada 2017.
ELN masih ada di sebagian besar pedesaan Kolombia dan mengoperasikan pasukan militer yang terdiri dari beberapa ribu orang menurut analis militer dan pasukan militer Kolombia.
Dianggap sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa, kelompok tersebut dituduh terlibat dalam produksi dan perdagangan kokain untuk membiayai operasinya.
Kesepakatan itu muncul saat pemerintahan Petro bergulat dengan serangkaian skandal. Pekan lalu, kepala staf Petro Laura Sarabia dan duta besar Kolombia untuk Venezuela, Armando Benedetti, keduanya mengundurkan diri di tengah tuduhan penyadapan.
Pilihan Editor: Pemberontak Kolombia Batalkan Gencatan Senjata
REUTERS | TRT WORLD