Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Mengunjungi Royal Palace, Istana Kerajaan Swedia  

Mengunjungi Royal Palace, Istana Kerajaan Swedia tempat berkantornya Raja Carl XVI Gustaf yang akan berkunjung ke Indonesia besok.

22 Mei 2017 | 18.59 WIB

Royal Palace Istana Kerajaan Swedia. Tempo/Juli Hantoro
Perbesar
Royal Palace Istana Kerajaan Swedia. Tempo/Juli Hantoro

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Stockholm - Salju tipis turun tepat ketika Tempo mendarat di Bandar Udara Arlanda, Stockholm, Swedia pada Selasa 9 Mei 2017 lalu. Udara terasa menggigit. Terlihat di aplikasi ponsel suhu di kota itu sekitar 1 derajat celcius. Boel Lindbergh dari International Press Center yang menyambut kami beberapa kali minta maaf karena kondisi cuaca yang buruk untuk musim yang seharusnya sudah memasuki musim panas.


Menuju pusat kota, Boel mengantar kami menggunakan kereta api bandara Arlanda Express. Kereta yang melaju dengan kecepatan 180 kilometer per jam itu hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit ke Stockholm Central, stasiun sentral di pusat kota.


Dan setibanya di sana, salju kembali turun, kali ini cukup deras. Udara dingin membekap. “Ini sesuatu yang tidak biasa di bulan Mei,” kata Boel. Beruntung di Jakarta kami sudah diberitahu jika cuaca di Stockholm masih belum beranjak dari sisa-sisa musim dingin. Jaket tebal dan sebo pun dikenakan untuk berjalan dari Stockholm Central menuju hotel yang letaknya hanya sekitar 200 meter saja.



Badai salju yang melanda Stockholm langsung menjadi headline beberapa media di sana pada keesokan harinya. Boel mengatakan ini baru terjadi setelah 100 tahun. Meski masih ada salju, namun cuaca berangsur membaik. Matahari mulai muncul di tengah udara yang masih berada di kisaran 8 derajat celcius.


Warga Stockholm tampak beraktivitas seperti biasa. Keindahan Stockholm terhampar ketika cuaca bersahabat. Bangunan-bangunan tua tampak masih gagah berdiri dengan warna-warni yang cantik. Perjalanan kami arahkan ke Gamla Stan alias Kota Tua. Untuk menjangkaunya kami hanya berjalan kaki. Sebenarnya ada bus tingkat Hop On Hop Off untuk keliling kota ini. Ini adalah bus tingkat semacam City Tour di Jakarta. Tapi berjalan kaki adalah pilihan tepat untuk mengenal lebih dekat kota ini.



Sebelum mencapai Kota Tua, kami mampir di Drottninggatan (Queen Street). Jalan ini menjadi perhatian dunia ketika pada Jumat 7 April 2017 lalu terjadi teror dengan menabrakkan truk ke kerumunan orang di jalan. Empat orang tewas dan 15 lainnya terluka dalam peristiwa yang terjadi di salah satu jalanan yang ramai itu.


Masih terlihat berbagai kartu ucapan dan bunga serta boneka yang diletakkan pengunjung di salah satu sudut jalan atau tepatnya di pojok pusat perbelanjaan Ahlens City. “Ini adalah lokasi teror 7 April yang mengagetkan semua warga Swedia,” kata Boel.


Kami kemudian berjalan menuju Royal Palace. Ini adalah tempat Raja Swedia bekerja dan melakukan berbagai kegiatan kenegaraannya. Swedia adalah negara monarki modern. Raja Swedia Carl XVI Gustaf yang pada 22 Mei 2017 besok berkunjung ke Indonesia adalah keturunan ke tujuh dalam dinasti kerajaan Swedia atau House of Bernadotte. Carl XVI Gustaf lahir pada 30 April 1946, ia merupakan anak bungsu dari lima bersaudara da satu-satunya putra Pangeran Gustaf Adolf dan Putri Sybilla. Raja Carl XVI Gustaf menikah dengan Ratu Silvia pada 1976.


Sebelum menjelajah Istana, kebetulan ada proses pergantian penjaga. Ini adalah salah satu atraksi yang banyak ditunggu. Prosesi pergantian penjaga ini diikuti dengan atraksi marching band yang keren.



Kami kemudian menuju Royal Palace ditemui oleh Press Secretary The Royal Court, Johan Tegel. “Ini adalah kediaman resmi Raja Swedia,” kata dia. Namun menurut Johan, keluarga kerajaan sudah tak tinggal di tempat ini lagi. Meski demikian sampai sekarang Royal Palace masih digunakan untuk berbagai acara kenegaraan.


Istana ini dibangun dengan gaya baroque oleh arsitek Nicodemus Tessin pada sekitar abad 18. Istana ini memiliki lebih dari 600 ruangan yang terbagi dalam tujuh lantai dengan apartemen untuk para tamu negara menghadap kota. Adapun bangunan ini memiliki empat fasad yang masing-masing punya karakter sendiri. Pada bagian barat yang menghadap ke halaman luar adalah fasad Raja dan dihiasi dengan atribut maskulin.  Pada sisi timur istana adalah fasad yang memiliki sisi feminin.


Menjelajahi ruang demi ruang di Istana Raja ini membawa kita bak ke negeri dongeng. Ruangan untuk para tamu negara misalnya terlihat sangat besar. “Di balik ruangan ini terdapat ruangan lain tempat berkumpulnya para asisten dari tamu negara,” kata pemandu kami.


Ada juga lorong yang panjang dengan hiasan antik di kiri dan kanan serta bagian atapnya. Di sini biasa digunakan untuk para tetamu yang datang. Bahkan pernah digunakan untuk pesta keluarga kerajaan. Perjalanan kami di Istana Raja diakhiri di sebuah ruangan yang sangat luas. Tempat ini adalah hall untuk kegiatan kenegaraan. Jamuan makan malam dan acara resmi lainnya biasa dilakukan di tempat ini.



Johan Tegel mengatakan meski Istana ini terbuka untuk wisatawan, namun tempat ini masih berfungsi untuk kantor Raja Carl XVI Gustaf. Menurut Johan Tegel, Raja Carl XVI Gustaf adalah raja yang visioner. Jargonnya, For Sweden-with the times, kata dia, merefleksikan bagaimana sang raja ingin Swedia terus berinovasi sesuai perkembangan jaman.


Raja Carl XVI Gustaf memang tak punya kekuasaan politik, dia kini jadi simbol pemersatu di Swedia. Raja Carl Gustaf punya komitmen yang kuat pada lingkungan hidup. Dia juga sangat berkomitmen pada kelestarian sejarah kebudayaan Swedia. Salah satu contohnya adalah saat dia membuka Istana Kerajaan untuk publik, agar seluruh kekayaan yang ada di dalamnya bisa terus lestari.



Raja Carl pun seorang yang rendah hati. Menurut Duta Besar Indonesia untuk Swedia Bagas Hapsoro, sebelum berkunjung ke Indonesia, Raja Carl Gustaf menyempatkan diri berkunjung ke Wisma Duta di Lindigo, Stockholm. “Kami makan malam bersama. Raja sangat baik hati,” kata Bagas saat ditemui di kantornya.


JULI HANTORO

Video Terkait:




Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Juli Hantoro

Juli Hantoro

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus