Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Crimea – Salah satu korban selamat dari penembakan massal di sekolah vokasi politeknik Kota Kerch, Crimea, Rusia, mengatakan sedang berada di toilet saat pelaku mulai menyerang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca
5 Temuan Fakta Terkait Penembakan Massal di Crimea Rusia
Anastasia Yenshina, 15 tahun, mengatakan dia sedang bersama beberapa orang temannya di toilet ketika bunyi suara tembakan dan ledakan terdengar.
“Saya berlari keluar dan melihat ada debu serta asap. Saya tidak mengerti apa yang terjadi. Saya merasa tuli,” kata Yenshina kepada Reuters mengenai peristiwa penembakan massal yang terjadi pada Rabu, 17 Oktober 2018.
Peristiwa ini menewaskan 20 orang serta melukai sekitar 50 orang lainnya dengan 10 orang luka berat. Pelaku penembakan, yang bernama Vladislav Roslyakov, ditemukan tewas bunuh diri dengan luka tembak di lantai dua di ruang perpustakaan sekolahnya.
Dalam keadaan bingung, Yenshina mengatakan dia mulai berlari bersama teman-temannya. Lalu dia mendengar teriakan yang mengarahkan para siswa agar berlari melewati gymnasium.
“Semua orang lari ke sana. Saya melihat seorang gadis tergeletak. Ada juga seorang anak yang dipapah karena tidak bisa berjalan. Tembok ruangan dipenuhi darah. Lalu orang-orang mulai memanjat pagar berusaha keluar dari sekolah. Kami masih bisa mendengar suara ledakan-ledakan. Semua orang takut dan menangis,” kata Yenshina.
Seorang siswa, Vladislav Roslyakov, melakukan penembakan massal di sebuah sekolah akademi di Kota Kerch, Crimea, Rusia, pada Rabu, 17 Oktober 2018 dan menewaskan 20 orang termasuk dirinya sendiri. Reuters
Sejumlah foto dari lokasi kejadian menunjukkan kaca jendela dari lantai bawah gedung dua tingkat ini telah pecah dan menyebar di lantai luar.
Baca:
Siswa lainnya bernama Sergei, mengatakan dia sedang berjalan beberapa langkah menuju jalan di depan sekolah ketika mendengar suara ledakan. Dia terkena pecahan ledakan dan terluka pada kakinya.
Sergei, 15 tahun, mengatakan dia berlari ke gedung sebelah dan masih bisa mendengar suara ledakan setiap beberapa detik. Ketika serangan berakhir, petugas membawanya ke rumah sakit untuk perawatan medis.
“Saya tiba di rumah sakit dan situasinya kacau. Petugas membawa orang-orang yang terluka parah baik kaki dan tangannya,” kata dia.
Baca:
Sputnik News melansir pelaku penembakan dan peledakan sekolah vokasi politeknik ini adalah Vladislav Roslyakov, 18 tahun, yang juga tewas di lantai dua gedung sekolah di ruang perpustakaan. Dia diduga bunuh diri.
Hingga kini belum diketahui apa motif pelaku, yang menurut kepala sekolah seorang murid pendiam dan tidak memiliki latar belakang tindak kriminalitas.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, sedang berada di Sochi, Rusia, bertemu dengan Presiden Mesir, Abdel Fattah Sisi, saat peristiwa ini terjadi. “Ini jelas sebuah kejahatan. Motif dan penjelasan dari tragedi ini akan dipelajari secara menyeluruh,” kata Putin seusai bertemu Sisi.
Baca:
Deputi Menteri Pendidikan Rusia, Andrei Nikolaev, mengatakan petugas akan dikerahkan untuk menjaga keamanan sekolah menengah atas dan sekolah vokasi pasca penembakan massal ini.