Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton punya pengalaman pernah tak sadar meninggalkan putri sematawayangnya Chelsea di Gedung Kremlin, Rusia. Kejadian itu terjadi saat mereka sekeluarga mengunjungi Moskow ketika Bill Clinton menjalankan tugas sebagai Presiden Amerika Serikat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Cerita menggelikan itu diungkap Clinton pada acara Tonight Show pada Selasa, 6 September 2022 untuk menjawab pertanyaan dari pembawa acara Jimmy Fallon soal cerita ‘gila’ saat liburan. Pengalaman ‘gila’ saat liburan lebih mengacu pada kejadian yang cukup bikin trauma.
Saat itu, Clinton dan suaminya sibuk melakukan serangkaian kegiatan resmi, termasuk melakukan rapat dengan mantan Presiden Rusia Boris Yeltsin. Kejadian lucu terjadi ketika Hillary dan Bill digiring oleh para pengawalnya untuk ke mobil limousine menuju bandara untuk pulang ke Amerika Serikat.
Di dalam mobil, kedua pasangan ini tiba-tiba baru menyadari kalau Chelsea tidak ikut bersama mereka di mobil. Hillary tidak menceritakan detail bagaimana Chelsea bisa terpisah dari mereka, sedangkan Chelsea mengingat kejadian itu sebagai insiden.
“Bisa Anda bayangkan, saya meninggalkan anak satu-satunya di Kremlin, khususnya dengan segala yang telah terjadi ?,” kata Clinton
Chelsea Clinton mengendong putranya, Aidan Clinton Mezvinsky setelah diperbolehkan pulang dari RS Lenox Hill, New York City, 20 Juni 2016. Hillary dan Bill Clinton turut menjemput kepulangan cucunya. REUTERS/Brendan McDermid
Sedangkan mantan Kepala protokoler Presiden Yeltsin, Vladimir Shevchenko, mengatakan pada kantor berita Sputnik kalau dia sudah lupa dengan insiden tersebut. Shevchenko menduga mungkin Bill dan Hillary memang meninggalkan Chelsea.
Yang masih diingat Shevchenko, Hillary dan Bill memang pernah melakukan kunjungan kerja ke Rusia. Kedua pasangan itu dan rombongan menginap satu malam di Kremlin.
Mantan Presiden Bill Clinton dianggap bertanggung jawab atas terpilihnya lagi Yeltsin sebagai Presiden Rusia pada 1996. Media di Amerika mengangkat isu kalau terpilihnya Yeltsin atas campur tangan mengingat dia bukan pemimpin yang populer, yang angka dukungannya sekitar 6 persen.
Sumber: RT.com
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini