Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Perang Narasi Pendukung Israel vs Hamas di Media Sosial, Siapa Paling Populer?

Unggahan pendukung Palestina meraih dukungan 4 kali lebih banyak dibandingkan pendukung Israel di media sosial.

7 Desember 2023 | 17.43 WIB

Warga Palestina berada di depan tenda pengungsian setelah meninggalkan rumahnya akibat serangan Israel di sebuah kamp di Rafah, saat konflik antara Israel dan Hamas, di Jalur Gaza selatan, 6 Desember 2023. REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa
Perbesar
Warga Palestina berada di depan tenda pengungsian setelah meninggalkan rumahnya akibat serangan Israel di sebuah kamp di Rafah, saat konflik antara Israel dan Hamas, di Jalur Gaza selatan, 6 Desember 2023. REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang jenderal militer Cina kuno sekaligus ahli filsuf dan strategi, Sun Tzu dalam bukunya berjudul The Art of War pernah berkata bahwa “Seni perang tertinggi adalah menaklukan musuh tanpa berperang”. Filosofi itu kini juga diadopsi oleh dua kubu yang tengah berkonflik, yaitu Israel dan Hamas Palestina.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Al Jazeera melaporkan, seorang miliarder real estat di Amerika Serikat sedang menggalang dukungan kampanye media sosial untuk meningkatkan citra Israel dan menjelek-jelekkan kelompok Hamas. Langkah itu diambil untuk menekan dukungan solidaritas global pro-Palestina. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kampanye media yang disebut dengan julukan Facts for Peace itu sedang mengumpulkan sumbangan jutaan dolar dari puluhan raksasa media, teknologi, dan keuangan. Lebih dari 50 orang sedang didekati, seperti ex CEO Google Eric Schmidt, CEO Dell Michael Dell, dan investor Michael Milken yang ditaksir memiliki kekayaan berjumlah US$ 500 miliar atau sekitar Rp 7.754 triliun (kurs Rp15.509). 

Sementara itu, jika menelusuri beranda X (Twitter), pendukung Palestina juga meramaikan dunia maya. “Awalnya saya marah kepada Hamas dan Palestina atas serangan (7 Oktober 2023), tetapi sekarang setelah melihat lebih banyak apa yang terjadi, saya tidak bisa mendukung Israel,” tulis salah satu pengguna diikuti tagar #FreePalestine, dikutip dari The Economist. 

Unggahan Pro-Palestina Dilihat Lebih Banyak

Sejumlah warganet mulai bereaksi dan menuduh perusahaan media sosial, seperti X, Instagram, YouTube, dan TikTok mengaburkan suara-suara pro-Palestina. Berbagai unggahan yang menampilkan kata-kata, misalnya Gaza hingga penggunaan bendera Palestina tak lolos dari sensor. 

Akan tetapi, Axios mencatat, unggahan solidaritas terhadap Palestina di TikTok justru dilihat empat kali lebih banyak dibandingkan pro-Israel. Hal itu terjadi ketika masyarakat dunia bereaksi terhadap peningkatan jumlah korban tewas di Gaza yang sebagian besar berasal dari warga sipil. 

Sebuah perusahaan teknologi dengan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), DMR juga berusaha mengumpulkan 1 juta unggahan dari Instagram, Twitter, dan YouTube mulai 7-23 Oktober 2023. Semua tagar pro-Palestina dan pro-Israel dalam bahasa Inggris diklasifikasikan menjadi satu. 

Hasilnya, pada awal mula genjatan Hamas, Sabtu, 7 Oktober 2023, kedua belah pihak mendapat dukungan yang jumlahnya sama. Namun, pada 19 Oktober 2023, unggahan yang menyatakan keprihatinan terhadap Palestina jumlahnya melonjak tajam hingga 3,9 kali lebih banyak dibandingkan unggahan tentang pro-Israel. 

Propaganda Israel vs Hamas

Kendati dukungan terhadap Palestina di media sosial jauh lebih tinggi, upaya Israel untuk meraih suara global pun tak berhenti. Facts for Peace yang diluncurkan Sternlicht mengunggah video di media sosial yang menyalahkan Hamas atas penderitaan rakyat Palestina dan menyangkal klaim pelanggaran hak asasi manusia oleh Israel. 

Video terbaru yang diunggah di halaman Facebook-nya menyatakan bahwa “Israel bukanlah negara apartheid”. Namun, hal itu bertentangan dengan temuan pakar HAM dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menyebut Israel mempraktikkan sistem hukum dan politik yang sangat diskriminatif. 

Di sisi Hamas, dalam sebuah video yang dirilis di dunia maya, tampak pembebasan para warga Israel yang disandera. Uniknya, para sandera melambaikan tangan kepada para pejuang Hamas dan bahkan menuliskan surat berisi ucapan terima kasih. 

Namun bagi Israel, semua itu palsu. Sebuah tulisan di Times of Israel menyebutkan bahwa Hamas memaksa para tawanan untuk melambaikan tangan ke arah kamera dan tersenyum lebar. Tak hanya itu, dia menilai bahwa surat ucapan terima kasih yang ditulis seorang sandera bernama Danielle Alone juga rekayasa belaka. 

MELYNDA DWI PUSPITA | AL JAZEERA | ECONOMIST | HRW.ORG 

Pilihan editor: Biden Desak Kongres AS Berikan Dana Tambahan bagi Ukraina untuk Lawan Rusia

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus