Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Israel balas serangan pasukan Hamas pada Ahad, 8 Oktober 2023. Setidaknya lebih dari 400 orang termasuk 20 anak-anak tewas dalam serangan balasan itu. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengungkapkan bahwa Israel akan melakukan balas dendam besar-besaran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami akan melakukan pembalasan besar atas hari kelam ini,” kata Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sehari sebelumnya, Hamas telah membunuh 700 warga Israel dan menculik puluhan lainnya. Serangan itu menjadi yang mematikan sejak serangan Mesir dan Suriah dalam perang Yom Kippur 50 tahun lalu.
Profil Hamas
Hamas merupakan akronim dari Harakat Al-Muqawamah Al-Islamiyyah yang artinya “Gerakan Perlawanan Islam”. Hal itu merupakan gerakan nasionalis dan Islam militan di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Hamas berdedikasi untuk mendirikan negara Islam merdeka di Palestina.
Dilansir dari Britanica, Hamas didirikan pada 1987 sebagai upaya untuk menentang Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) terhadap konflik Israel-Palestina dan menolak upaya untuk menyerahkan sebagian wilayah Palestina.
Sebelum berdirinya Hamas, sejak 1970-an banyak aktivis Ikhwanul Muslimin yang mendirikan jaringan amal, klinik, dan sekolah di Jalur Gaza dan Tepi Barat yang diduduki Israel setelah Perang Enam Hari 1967.
Kegiatan Ikhwanul Muslimin di dua wilayah itu berjalan tanpa kekerasan. Namun, beberapa kelompok kemudian mulai menyerukan jihad melawan Israel. Puncaknya pada Desember 1987, terjadi pemberontakan melawan pendudukan Israel. Itulah cikal bakal awal didirikan Hamas. Itu merupakan Infadah Palestina pertama.
Dikutip dari Encyclopedia of the Palestinians (2005) yang ditulis Phillip Mattar, menurut pengakuan salah satu pendiri Sheikh Ahmed Yassin dalam Piagam Hamas pada 1988 menyebutkan bahwa Hamas bertujuan untuk membebaskan Palestina dari pendudukan Israel dan menyatakan bahwa Palestina adalah Tanah Air Islam yang tidak akan pernah bisa diserahkan kepada nonmuslim.
Sejumlah serangan yang dilancarkan Hamas membuat Israel menangkap sejumlah pemimpin termasuk Sheikh Ahmed Yassin pada 1989. Tahun-tahun berikutnya, Hamas reorganisasi untuk memperkuat struktur komando dan menemukan tokoh utama di luar jangkauan Israel.
Hamas kemudian mengecam perjanjian perdamaian 1993 antara Israel dan PLO. Hamas kerap mengintensifkan kampanye teror bom bunuh diri.
Ketua PLO Yasser Arafat berusaha untuk memasukkan Hamas dalam proses politik dan menunjuk sejumlah anggotanya untuk posisi kepemimpinan di Otoritas Palestina.
Runtuhnya rencana damai antara Israel dan Palestina pada September 2000 membuat kekerasan meningkat. Konflik kekerasan yang meningkat pada awal 2000an disebut Intifadah Al-Aqsa (Intifadah Kedua). Konflik itu ditandai dengan tingkat kekerasan yang tidak ada sebelumnya dalam Intifada Pertama. Para aktivis Hamas semakin meningkatkan serangan terhadap orang Israel dan terlibat dalam sejumlah pemboman bunuh diri.
Setelah Infadah Kedua, Hamas mulai memoderasi tentang perdamaian. Pada 2006, Hamas mencalonkan diri dalam pemilihan legislatif. Sejak itu, para pemimpin senior Hamas telah berulang kali menyatakan kesediaan mereka untuk mendukung solusi dua negara berdasarkan perbatasan pra-1967. Kesediaan ini dituangkan dalam Dokumen Prinsip dan Kebijakan Umum 2017.
Namun, protes kembali terjadi di perbatasan Gaza pada 2018. Demonstran berusaha melintasi perbatasan ke Israel dan mengirimkan layang-layang dan balon pembakar ke Israel, ditanggapi dengan kekerasan oleh Israel. Setidaknya menewaskan 60 orang dan melukai 2.700 demonstran dari Palestina. Pada 2021, saling serang antara Israel dan Hamas kembali terjadi. Itu jadi yang terbesar sejak 2014.
ANANDA BINTANG l NIA HEPPY | SYAHDI MUHARRAM