Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kereta Api Republik Indonesia adalah contoh sempurna betapa ketololan itu bisa diawetkan untuk diestafetkan menjadi lebih konyol lagi. Lokomotif-lokomotif perkasa tampak bagai kepala yang kosong, yang tak mau tahu segala sesuatu. Rangkaian gerbong di belakangnya merupakan rangkaian kebohongan, dengan pembenaran selalu berada di atas sepasang rel yang tak pernah bisa bertemu di ujungnya. Stasiun-stasiun merupakan tempat penyiksaan dan penyekapan, lengkap dengan calo dan ketakpedulian petugasnya. Ruang tunggu yang tak nyaman diduduki, bau pesing dari toilet yang memasang harga, papan petunjuk arah yang masih perlu dipertanyakan, dengan papan pengumuman kedatangan kereta yang tak mencantumkan kapan datang, serta pengeras suara yang meneriakkan ada kereta apa di rel berapa yang menganggap semua penumpang tuli, semua menyatakan ciri-ciri masyarakat terbelakang, tak tertata, tak beretika.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo