Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Besok pagi, langit di sebagian wilayah Indonesia akan gelap-gulita ketika matahari baru saja muncul. Gerhana matahari total akan singgah di sebelas provinsi di Tanah Air. Gerhana akan melintasi Indonesia dari Kepulauan Pagai di Sumatera Barat hingga Pulau Halmahera di Maluku Utara.
Gerhana matahari total merupakan fenomena alam biasa. Tak ada yang ajaib dari fenomena ini. Peristiwa itu terjadi ketika posisi matahari, bulan, dan bumi berada dalam satu garis. Gerhana matahari juga bukanlah sebuah ancaman: tak perlu ada yang ditakutkan dari peristiwa alam tersebut.
Kita tak perlu paranoid seperti kehebohan yang muncul ketika terjadi gerhana matahari total pada 1983. Saat itu, pemerintahan Soeharto mengeluarkan instruksi agar masyarakat tak keluar rumah untuk menghindari kebutaan massal. Dua juta selebaran larangan disebarkan dari pesawat. Rakyat ditakut-takuti, dilarang keluar rumah, apalagi menatap gerhana. Polisi dikerahkan untuk menghalau warga yang keluar rumah. Akibatnya, daerah-daerah yang dilintasi gerhana saat itu seperti kota mati karena penduduknya tak berani keluar rumah.
Tindakan menggelikan itu kini tak terulang. Langkah pemerintah sekarang sudah tepat. Dengan dukungan komunitas-komunitas astronomi, gerhana justru dijadikan saat yang tepat untuk mengajak anak sekolah menikmati kejadian langka ini.
Mereka diajak menonton gerhana dengan aman serta membuat penelitian sederhana terkait dengan peristiwa alam tersebut. Upaya begini patut diapresiasi.
Pemerintah juga menjadikan gerhana sebagai magnet untuk mendatangkan wisatawan dengan menggelar festival budaya di Palembang, Bangka Belitung, Palangkaraya, Ternate, serta Halmahera. Rasanya tak akan sulit bagi pemerintah untuk mencapai target 1 juta wisatawan asing pada bulan ini. Hotel-hotel di sejumlah daerah yang dilintasi gerhana telah penuh terpesan sejak bulan lalu.
Gerhana matahari total yang sangat jarang terjadi juga menjadi kesempatan emas bagi para peneliti untuk membuat riset-riset unggulan. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, yang menerjunkan para penelitinya, patut didukung. Salah satu rencana pengamatan mereka adalah mencari bukti adanya efek gravitasi yang membelokkan lintasan cahaya sebagaimana disebut Albert Einstein dalam teori relativitas umum sekitar seratus tahun silam.
Langkah pemerintah merayakan gerhana dengan menggelar berbagai festival budaya dan edukasi siswa tentu lebih bermanfaat ketimbang menakut-menakuti masyarakat seperti 33 tahun lalu. Risiko melihat matahari saat gerhana bisa diatasi dengan teknologi. Yang mesti dilakukan pemerintah adalah menyebarluaskan informasi tentang gerhana dengan benar dan masuk akal.
Jadi, marilah keluar rumah untuk merayakan peristiwa langka ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini