Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Darius Ternyata Serius

Darius marpaung, 50, eks anggota dpr-gr & mprs mengajukan diri menjadi calon presiden ri. ia menganggap sistem calon tunggal tidak demokratis & tidak ada lagi pilihan. (nas)

21 Januari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PADA saat mencalonkan orang sebagai Presiden dan Wakil (kecuali Jenderal Soeharto dan Sri Sultan) dianggap berbahaya. atau mengejek, muncul seorang lelaki, 50 tahun, bertubuh kekar. Tinggi 161 Cm, berat 60 Kg. Kulitnya kuning, rambutnya hitam mulus. Kumis dan janggut tebal. Agamanya Protestan, lahir di Porsea, Sumatera Utara. Namanya Darius Marpaung. Ia mau jadi Presiden Republik Indonesia. Seriuskah ini? Atau main-main? "Saya tahu, akan ada orang yang mencaci, mengejek, marah, mencerca, mentertawakan atau menuduh saya sinting, tak tahu diri,' kata Marpaung minggu lalu. Tapi lewat kabel sudah akhir tahun lalu ia menyampaikan niatnya kepada MPR dan Presiden Soeharto. Ia juga menyadari bakal "kalah bersaing" dengan Jenderal Soeharto. Saya tahu, saya hanya akan terpilih bila ada mukjizat. Tanpa itu jelas Pak Harto yang akan terpilih. Golkar, ABRI parpol dan semua golongan sudah mengajukan pak Harto sebagai calon tunggal katanya. Tapi bagi Marpaung, "sistim calon tunggal tidak demokratis, karena lambat-laun menjurus ke sistim pencalonan seumur hidup." Karena itu ia menghendaki agar MPR memilih seorang di antara lebih dari satu calon, hingga "ada calon yang menang dan ada yang kalah secara fair menurut aturan permainan demokrasi." Ia katanya merasa berdosa karena ketika jadi anggota MPRS dulu tidak mengingatkan agar lembaga tertinggi negara itu menetapkan bahwa presiden harus betul-betul dipilih dan hanya untuk 2 kali masa jabatan. "Kalau tak ada calon lain selain pak Harto. apa itu namanya pemilihan? Bukan. Itu pengangkatan, katanya lagi . Sejak lama Marpaung menanti-nanti ada orang mencalonkan diri sebagai Presiden. Ketika Mayjen Witarmin. Pangdam VIII Brawijaya mengaku punya daftar "orang-orang yang berambisi jadi presiden" tapi tak kunjung mengumumkan nama-nama yang ada di kantongnya, maka Marpaung pun "merasa terpanggil" mencalonkan diri setelah "merenung dan berdoa". Menurut nyonya Hafni Silitonga (43). suaminya hanya melaksanakan apa yang muncul dalam doa. "Dan tidak melaksanakan apa yang datang dalam doa itu doa katanya. Tak takut ditangkap ? Marpaung menggeleng. "Katanya ini negara demokrasi ? Adam Malik sendiri kan pernah bilang, kalau mau cari President Taxi atau President Hotel memang di jalan. Tapi cari Presiden RI, harus lewat MPR. Nah, saya sekarang tampil terang-terangan lewat MPR, kata Marpaung dengan yaki. Diramal Jadi Orang Besar Lalu apa program "capres" yang ini? Marpaung membuka sebuah buku catatan kecil warna biru. Ia membaca sebuah sajak 27 baris, 17 baris di antaranya berbunyi: bebas dari ketakpercayaan, bebas dari ketakutan. bebas dari kelaparan. bebas dari kebodohan ... " Sayangnya Marpaung sendiri ternyata tak bebas dari sakit. Sampai Jum'at 13 Januari sudah lebih dari 2 minggu ia mendekam, di zal H kamar 6 RS-DGI "Cikini' jalan Raden Saleh, Jakarta. Parasnya pucat, jantungnya kambuh, seperti tahun kemarin. Baru minggu lalu dokter mengijinkannya turun sendiri ke kamar mandi. Ia dianjurkan latihan jalan kaki 2 X 100 meter sehari. Bapak dari 7 anak dan bekas anggota DPR-GR serta MPRS ini, bekas wartawan, juga pernah menulis cerita pendek, misalnya di Mimbar Indonesia dan Siasat. Sering ke luar negeri, terutama AS. Ia juga pernah memimpin Kespekri (Kesatuan Pegawai Kristen RI) yang kemudian bergabung dengan Sekber Golkar. Di tahun 1966 ia dikenal sebagai tokoh KABI (Kesatuan Aksi Buruh Indonesia). Darius Marpaung kini hidup dari pensiunnya sebagai bekas anggota DPR GR. Sebulan ia menerima Rp 17.000. Itulah sebabnya, isterinya membantunya dengan membuka 2 salon kecantikan, di rumah dan di jalan Sahardjo. Ia sekarang tinggal dijalan Porselen Raya. Kampung Ambon, Jakarta. Konon, ketika Marpaung lahir, ia dalam keadaan "terbungkus". Maka nenek Marpaung meramal, bahwa cucunya akan jadi orang gedean. Maka sang nenek pun memberinya nama Darius, tokoh besar dalam sejarah Persia kuna. Ada pula orang Ambon, orang Pakistan dan beberapa orang di luar negeri yang meramalkan bahwa Marpaung bakal jadi orang penting. "Tidak mesti Presiden, pokoknya orang yang bisa melakukan pembebasan," cerita isterinya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus