Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

DPR Curiga, Obat Bius Maut Tak Hanya Diproduksi Kalbe  

Yusuf curiga beberapa ampul Buvanest yang tak sesuai dengan kandungannya itu diproduksi perusahaan selain Kalbe.

23 Maret 2015 | 13.55 WIB

Dede Yusuf, mantan wagub Jawa Barat, menjadi anggota DPR RI periode 2014-2019 dari fraksi Partai Demokrat, terlihat di sidang perdana paripurna MPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, 2 Oktober 2014. TEMPO/Frannoto
Perbesar
Dede Yusuf, mantan wagub Jawa Barat, menjadi anggota DPR RI periode 2014-2019 dari fraksi Partai Demokrat, terlihat di sidang perdana paripurna MPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, 2 Oktober 2014. TEMPO/Frannoto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komisi Kesehatan Dewan Perwakilan Rakyat Yusuf Macan Effendi alias Dede Yusuf mengatakan pihaknya menemukan sejumlah keanehan dalam produksi obat bius Buvanest Spinal berisi asam traneksamat yang dibuat PT Kalbe Farma. Yusuf mencurigai beberapa ampul Buvanest yang tak sesuai dengan kandungannya itu diproduksi perusahaan selain Kalbe.

"Seharusnya, kalau distribusi besar, ada beberapa lot yang salah. Jangan-jangan produk itu bukan buatan Kalbe," kata Yusuf di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 24 Maret 2015.

Pada Jumat, 13 Februari 2015, dua pasien Rumah Sakit Siloam Tangerang meninggal setelah diberi obat bius Buvanest Spimal produksi Kalbe Farma. Belakangan diketahui bahwa obat itu bukan Buvanest, melainkan obat dengan kandungan asam traneksamat

Namun Kalbe hanya menemukan empat ampul Buvanest yang bermasalah saat itu. Sedangkan Siloam telah menggunakan Buvanest produk Kalbe selama beberapa tahun. Badan Pengawas Obat dan Makanan langsung menarik semua produk dan izin produksi Buvanest.

Yusuf menuturkan pihaknya akan menyurati Ketua DPR untuk membentuk panitia kerja kasus obat bius maut. Sebelumnya Komisi Kesehatan berkunjung ke Siloam dan pabrik Kalbe Farma. Komisi juga telah menerima hasil investigasi BPOM terkait dengan kasus ini.

"Kami belum tahu salahnya siapa. Yang berhak menyatakan adalah Kementerian Kesehatan," ucap Yusuf. 

Komisi Kesehatan, ujar Yusuf, akan mengaudit semua produsen obat terkait dengan cara pembuatan obat yang baik. Alasannya, produksi dan distribusi obat yang dipakai rumah sakit hanya diketahui oleh rumah sakit, dokter, dan para produsen. "Nanti kami audit, tidak spesifik Kalbe dan Siloam saja. Bisa saja di produsen lain ada kasus yang sama," katanya. "Mata rantai skenario industri farmasi itu yang akan dicari panja (panitia kerja)."

PUTRI ADITYOWATI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mahardika Satria hadi

Mahardika Satria hadi

Menjadi wartawan Tempo sejak 2010. Kini redaktur untuk rubrik wawancara dan pokok tokoh di majalah Tempo. Sebelumnya, redaktur di Desk Internasional dan pernah meliput pertempuran antara tentara Filipina dan militan pro-ISIS di Marawi, Mindanao. Lulusan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus