Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komisi Kesehatan Dewan Perwakilan Rakyat Yusuf Macan Effendi alias Dede Yusuf mengatakan pihaknya menemukan sejumlah keanehan dalam produksi obat bius Buvanest Spinal berisi asam traneksamat yang dibuat PT Kalbe Farma. Yusuf mencurigai beberapa ampul Buvanest yang tak sesuai dengan kandungannya itu diproduksi perusahaan selain Kalbe.
"Seharusnya, kalau distribusi besar, ada beberapa lot yang salah. Jangan-jangan produk itu bukan buatan Kalbe," kata Yusuf di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 24 Maret 2015.
Pada Jumat, 13 Februari 2015, dua pasien Rumah Sakit Siloam Tangerang meninggal setelah diberi obat bius Buvanest Spimal produksi Kalbe Farma. Belakangan diketahui bahwa obat itu bukan Buvanest, melainkan obat dengan kandungan asam traneksamat.
Namun Kalbe hanya menemukan empat ampul Buvanest yang bermasalah saat itu. Sedangkan Siloam telah menggunakan Buvanest produk Kalbe selama beberapa tahun. Badan Pengawas Obat dan Makanan langsung menarik semua produk dan izin produksi Buvanest.
Yusuf menuturkan pihaknya akan menyurati Ketua DPR untuk membentuk panitia kerja kasus obat bius maut. Sebelumnya Komisi Kesehatan berkunjung ke Siloam dan pabrik Kalbe Farma. Komisi juga telah menerima hasil investigasi BPOM terkait dengan kasus ini.
"Kami belum tahu salahnya siapa. Yang berhak menyatakan adalah Kementerian Kesehatan," ucap Yusuf.
Komisi Kesehatan, ujar Yusuf, akan mengaudit semua produsen obat terkait dengan cara pembuatan obat yang baik. Alasannya, produksi dan distribusi obat yang dipakai rumah sakit hanya diketahui oleh rumah sakit, dokter, dan para produsen. "Nanti kami audit, tidak spesifik Kalbe dan Siloam saja. Bisa saja di produsen lain ada kasus yang sama," katanya. "Mata rantai skenario industri farmasi itu yang akan dicari panja (panitia kerja)."
PUTRI ADITYOWATI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini