Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendidikan

Eks Menhan Ryamizard Kritik Mendikbud Soal Kurikulum Pendidikan

Mantan Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu, menilai kebijakan untuk pendidikan anak kurang mengedepankan wawasan kebangsaan.

10 November 2021 | 14.19 WIB

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu memberikan sambutan saat menghadiri acara silaturahmi dan halalbihalal bersama Presidium Alumni 212 di Hotel Shangrila, Jakarta, Kamis, 27 Juni 2019. Dalam sambutannya, Ryamizard mengajak semua pihak bersatu usai Pemilu. TEMPO/Muhammad Hidayat
Perbesar
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu memberikan sambutan saat menghadiri acara silaturahmi dan halalbihalal bersama Presidium Alumni 212 di Hotel Shangrila, Jakarta, Kamis, 27 Juni 2019. Dalam sambutannya, Ryamizard mengajak semua pihak bersatu usai Pemilu. TEMPO/Muhammad Hidayat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu, mengaku kecewa dengan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Tanpa menyebut nama menteri tersebut, ia menilai kebijakan untuk pendidikan anak kurang mengedepankan wawasan kebangsaan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Saya juga kecewa itu pada Mendikbud. Kenapa? Menurut saya itu, kalau menjadikan anak itu hebat artinya dia bermoral, itu mulai dari kelas 1 SD," kata Ryamizard dalam dialog kebangsaan, Rabu, 10 November 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ryamizard mengatakan, kebijakan saat ini memang mengedepankan hal yang serba milenial agar tidak ketinggalan zaman. Namun, ia memandang hal tersebut perlu bergandengan dengan wawasan kebangsaan yang mengerti bangsa dan para pahlawan. Di samping itu, Ryamizard mengatakan anak-anak juga perlu memahami agama. "Berpegang pada tiga itu. Sekarang hanya milenial, enggak ngerti agama, merusak moral," kata dia.

Mantan Pangkostrad ini menceritakan, ada program cerdas cermat di televisi pada tiga tahun lalu. Saat itu ada pertanyaan tentang letak Candi Borobudur. Pilihan jawabannya saat itu ada di Maladewa, Indonesia, dan negara lain. Tetapi, kata Ryamizard, jawaban para peserta tidak ada yang memilih Indonesia.

"Gimana cinta bangsa. Orang luar saja bangga dengan Borobudur. Ini salah satu ketiadaan wawasan kebangsaan, budi pekerti. Ini mungkin nanti bapak-bapak dari PKS bantu mengajukan kembali hal-hal itu. Makin hari makin rusak," kata dia.

Ryamizard juga menyampaikan pentingnya menanamkan bela negara sebagai landasan sikap dan perilaku bangsa Indonesia sebagai bentuk revolusi mental. Sebab, kata dia, hal tersebut dapat membangun daya tangkal bangsa dalam menghadapi kompleksitas dinamika ancaman, sekaligus mewujudkan ketahanan nasional.

Friski Riana

Lulus dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana pada 2013. Bergabung dengan Tempo pada 2015 di desk hukum. Kini menulis untuk desk jeda yang mencakup isu gaya hidup, hobi, dan tren. Pernah terlibat dalam proyek liputan Round Earth Media dari International Women’s Media Foundation dan menulis tentang tantangan berkarier para difabel.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus