Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan aktivis dan pengagum Datuk Ibrahim Tan Malaka dari berbagai daerah berziarah di lereng Gunung Wilis, Kediri, Jawa Timur. Mereka meminta Kementerian Sosial segera menyelesaikan polemik kepahlawanan Tan Malaka yang hingga kini terbengkalai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menumpang satu unit bus dan sejumlah kendaraan pribadi, para peziarah ini menyusuri jalanan lereng Gunung Wilis di Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri siang tadi. Usai memarkir kendaraan di jalan beraspal, mereka beriringan menuruni jalan setapak menuju lokasi makam sejauh hampir dua kilometer. Lokasi makam berada di dasar lembah lereng Gunung Wilis yang jarang dilintasi penduduk.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Tiba di pusara Tan Malaka, rombongan yang dipimpin anggota DPR RI dari Partai Demokrat yang juga Direktur Eksekutif Tan Malaka Institute Khotibul Umam Wiranu melakukan tabur bunga. Kegiatan itu diikuti puluhan pengagum Tan Malaka dari berbagai kota seperti Surabaya, Malang, Yogyakarta, Jakarta, hingga tokoh masyarakat Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat. “Ini penghormatan kami kepada Datuk Tan Malaka di Hari Pahlawan,” kata Khotibul Umam kepada Tempo, Kamis 9 Nopember 2017.
Umam mengatakan upaya penyelesaian hak-hak kepahlawanan Tan Malaka terus dilakukan kepada pemerintah pusat. Terakhir organisasi Tan Malaka Institute (TMI) yang dipimpinnya telah mengirimkan surat audiensi kepada Presiden Joko Widodo untuk membahas itu.
Sejumlah desakan yang dibawa TMI kepada presiden antara lain pembangunan makam Tan Malaka di Desa Selopanggung Kediri menjadi taman makam pahlawan, hak kepahlawanan kepada keluarga yang menjadi ahli waris Tan Malaka, hingga memasukkan sejarah perjuangan Tan Malaka sebagai pahlawanan kemerdekaan dalam kurikulum pendidikan nasional. “Tuntutan terakhir menjadi penekanan kami, dimana para pelajar dan mahasiswa mempelajari Tan Malaka layaknya tokoh pahlawan lain seperti Soekarno dan Bung Tomo,” kata Umam.
Tuntutan tersebut, menurut Umam, mendapat apresiasi positif dari Kementerian Pendidikan yang telah mengundang peneliti Belanda Harry Poeze untuk menggali pemikiran Tan Malaka. Hanya saja upaya itu perlu terus mendapat desakan agar segera direalisasi. Salah satunya dengan menggelar kegiatan tabur bunga dan diskusi tentang ajaran Tan Malaka yang digelar hari ini di kampus Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kediri.
Hanya saja perjuangan menuntut pengakuan hak tersebut masih terganjal pembuktian uji DNA yang hingga kini disimpan Dr Djaja Surya Atmadja dari Universitas Indonesia. Umam tak mengetahui alasan Dr Djaja menyimpan uji DNA tersebut dan menolak menyerahkan kepada pemerintah. “Padahal pembiayaan uji DNA dulu dari kami (TMI) sebesar seratus juta,” kata Umam.
Baca juga: Tan Malaka Terkenal di Dunia Penyamaran
Karena itu dia mempersilahkan jika Kementerian Sosial hendak melakukan uji DNA ulang terhadap jasad yang tersimpan di dasar makam Selopanggung. Asalkan proses itu dilakukan secepatnya sebelum masa pemerintahan Presiden Joko Widodo berakhir. Umam juga sempat mengaku cemas dengan langkah Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa yang mencalonkan diri menjadi Gubernur Jawa Timur. Hal itu dikhawatirkan akan mempengaruhi komitmennya menuntaskan polemik kepahlawanan Tan Malaka.
Habib Monti, pengagum Tan Malaka dari Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat yang hadir dalam tabur bunga itu berharap pemerintah merespon keinginan masyarakat atas Tan Malaka. Besarnya jasa kepahlawanan Tan bagi kemerdekaan Republik Indonesia sudah selayaknya mendapat penghormatan yang pantas. “Bukan dibiarkan di lereng gunung seperti ini,” katanya.